Minggu, 02 Februari 2014

Tahu Ruwet

Sore ini, setelah 3 hari mager di kamar, berteman dengan buku bacaan yang belum pernah saya jamah sebelumnya. Hokk hokk. Saya mau nulis, hati saya sedang kacau balau. Seperti tahu kremes yang baru saja saya goreng. Jangan berpikir ini tentang lelaki pemilik cinta untitled itu. Hehe, saya juga sedang menunggu balasan sms dari-nya juga nding. Baiklah.


Tadi setelah adzan dzuhur berkumandang, saya harus cepat-cepat melaksanakan sholat segera mungkin. Menanti gerimis yang sedari pagi yang tak kunjung reda jadi lah bantal dan kasur melambai-lambai untuk segera saya tiduri. Ah ah.. saya mengantuk sangat. Saya lekaskan sholat dan bacaan surat As-Sajdah. Lalu saya menidurinya dengan yah pulas sekali hingga adzan ashar berkumandang.

Kali ini saya tidak segera sholat. Saya masih sibuk duduk melamun menatapi barisan buku yang pernah saya jamah tapi kemudian saya biarkan mulutnya menganga. Dia rupanya ingin saya baca. Baiklah saya terpaksa meladeni keinginan buku itu, judulnya “Rumah Kopi Singa Tertawa”. Hue, jangan bayangkan isi buku ini tentang pacar lama saya, Si Kopi itu.  Saya memang terkecoh membelinya. Ternyata isi bukunya kumpulan cerita pendek yang entah alurnya selalu begitu sastra. Saya bacai dua cerita yang isinya tentang rumah tangga. Di cerita kedua yang saya baca buku itu menceritakan seorang istri yang tiba-tiba menghilang entah apa sebabnya. Anaknya yang bernama “Bungah” selalu merindui masakan ibunya yang amat lezat dan cerita dongeng yang mengantarkannya sebelum tidur. Sejak ibunya hilang dan suaminya tidak ingin segera mencarinya, jadilah istrinya benar-benar tak pernah kembali bersama keluarganya. Ayah bungah masih bisa mendongengi anaknya sebelum tidur. Tapi tidak dengan masakan sang istri yang katanya sangat lezat tiada bandingnya itu.

Fokus cerita sore ini bukan cerpen karangan Yusi Avianto Pareanom itu. Tapi saya kok tiba-tiba tergugah dengan kata-kata “masakan istrinya yang lezat” itu. Duh, baiklah, saya mau masak, pikir saya sekenanya.

Ha, sesiang dan sepagi tadi saya belum juga ingin berkencan dengan air. Tau lah bogor selalu rintik yang menghilangkan hasrat untuk membasuh sekujur badan dengan air. Saya rasai badan saya, ah tak terlalu lengket kok. Bau badan saya masih wangi kopi juga, Huekekekkk. “Kamu harus mandi phew” ketiak saya protes. Saya menuruti keinginannya sekalipun kedinginan harus menjalari tubuh saya. Yey jadilah saya mandi hari ini. Hahak. *Tapi tiap hari saya terbiasa mandi kok, ciusss banget. :p

Setelah mandi dan sholat saya ngopi dulu biar melek. Lalu dengan berbekal telur, tahu, dan royco. Saya beranjak ke dapur. Wueeeh saya mau masak, yeyeyeye ^3^

Saya siapkan amunisi, yak pisau buat memukul telur hingga terbelah. Lalu saya kocok dengan semangat bergelora, jadilah telur kocok. Tadi pagi saya sempat beli tahu di Bara. Tahu putih itu saya cuci, dan dengan penuh suka cita saya remet pakai tangan saya (bersih kok hehe). Saya satukan dengan adonan telur tadi. Royco adalah bumbu instan yang saya tambahkan, karna saya tidak punya amunisi lain seperti bawang merah putih. Saya lumatkan seluruh adonan (dengan sendok). Hohoh, saya sudah merasa sebagai istri yang bisa masak lezat dalam cerpen tadi.

Ceklek, saya nyalakan kompor dan menuanginya minyak. Sreeeeenggg, itu bunyi adonan tadi yang saya buat. Hati saya gembira. Tapi “Oh tidak” saya terkejut sodara, ternyata adonan tadi mengambang, terpecah belah. Duh gusti, hayalan istri tadi runyam sudah. Mungkin adonannya kurang telor atau kebanyakan tahu. Saya tidak punya amunisi lagi. Baiklah saya harus nekat. Jadilah saya tengok ke arah luar dapur berharap tidak ada orang yang sedang memata-matai saya. :3

Dengan hati sembilu saya langsung tuangkan seluruh adonan tadi dengan ragu ragu hingga minyak yang ada tidak mencukupi untuk dikatakan sebagai menggoreng. Saya biarkan apa yang nanti terjadi sambil harap-harap cemas semoga tidak ada seorang pun yang melihat semua kekonyolan ini. Ah sedihnya hatiku. Jadilah dia tahu kremes yang bentuknya lebih menyerupai butiran (ah entah apa namanya, ruwett). Belum juga saya memakannya, saya merasa kenyang setelah memasaknya saja. Tidak berselera menyantapnya, apalagi sekedar menawarkan pada teman-teman. 
Tidaaak!!. -_-\\

Tidak ada komentar:

Posting Komentar