Tak
usah berpikir panjang kualihkan pandangan mataku pada status yang tadi kubuat,.
Klik pada namanya, Danang P. Aku buka timeline-nya di tab baru. Hanya ada satu
status. “Pagi yang boleh jadi indah”. Aku sudah tak mau sedih lagi dengan
keadaan ini, kututup laptopku tanpa memperdulikan tombol shutdown. Kejadian ini
selalu berulang dan hanya menyisakan tumpukan tanda tanya yang menyebalkan.
Saat
itu dari dan sampai sekarang, persepsi orang bahwa aku mencari sebuah pelarian.
Tapi taukah mereka betapa tak bisa ku membohongi hatiku. Saat itu dan sampai
sekarang, belum pernah kita…. Ah, aku pun beranggapan mungkin akan bertepuk
sebelah tangan.Tapi kau tak pernah sadari aku menyimpan rasa yang amat dalam.
Mengapa terjadi sedemikian lama, aku juga tak tahu. Bahkan gosip-gosip
bertebaran aku dekat dengan seseorang, pun hatiku tak bisa kubohongi. Selalu
kamu, kamu, kamu. Uh mengapa, aku juga tak faham??
Bagaimana
kau mau peduli, sengaja kutempelkan satu foto di lemariku biar lepas rinduku.
Itulah tempatmu bersembunyi, ku tersenyum setiap pagi saat mengambil persatu
bajuku. Huh, masa-masa yang menggantung ini sungguh menyesakkan. Kau tak akan
pernah tahu, kala aku meneteskan air mata hanya karna memendam. Ah, kupikir kau
tak akan pernah peduli kan Nang. Ku ambil langkah sigap, ku cabut kau
ditempatmu bersembunyi. Facebook, kuhapus kabar-kabarmu dari berandaku. Agar
meronta hati melupakanmu. Saat sudah kulakukan, yang kumaui tercapai. Sampai di
suatu titik, komentarmu menggantung distatusku. Lagi-lagi kau mengacaukan
langkah sigapku. Lagi, kuarahkan kursorku kearah namamu. Klik, dan kubaca-bacai
lagi rentetan statusmu yang kurindu. Aku tak tau seberapa kronis ku menderita,
tapi ini benar rasaku…. “I love you, But it hurts”.
Kututup coretan diary-ku dengan kalimat terakhir yang membuat dadaku kian sesak
itu.
*Cuplikan
cerpen I love you, But it hurts :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar