Sabtu, 14 September 2013

I Love You, But It Hurts

Tak usah berpikir panjang kualihkan pandangan mataku pada status yang tadi kubuat,. Klik pada namanya, Danang P. Aku buka timeline-nya di tab baru. Hanya ada satu status. “Pagi yang boleh jadi indah”. Aku sudah tak mau sedih lagi dengan keadaan ini, kututup laptopku tanpa memperdulikan tombol shutdown. Kejadian ini selalu berulang dan hanya menyisakan tumpukan tanda tanya yang menyebalkan.

Saat itu dari dan sampai sekarang, persepsi orang bahwa aku mencari sebuah pelarian. Tapi taukah mereka betapa tak bisa ku membohongi hatiku. Saat itu dan sampai sekarang, belum pernah kita…. Ah, aku pun beranggapan mungkin akan bertepuk sebelah tangan.Tapi kau tak pernah sadari aku menyimpan rasa yang amat dalam. Mengapa terjadi sedemikian lama, aku juga tak tahu. Bahkan gosip-gosip bertebaran aku dekat dengan seseorang, pun hatiku tak bisa kubohongi. Selalu kamu, kamu, kamu. Uh mengapa, aku juga tak faham??

Bagaimana kau mau peduli, sengaja kutempelkan satu foto di lemariku biar lepas rinduku. Itulah tempatmu bersembunyi, ku tersenyum setiap pagi saat mengambil persatu bajuku. Huh, masa-masa yang menggantung ini sungguh menyesakkan. Kau tak akan pernah tahu, kala aku meneteskan air mata hanya karna memendam. Ah, kupikir kau tak akan pernah peduli kan Nang. Ku ambil langkah sigap, ku cabut kau ditempatmu bersembunyi. Facebook, kuhapus kabar-kabarmu dari berandaku. Agar meronta hati melupakanmu. Saat sudah kulakukan, yang kumaui tercapai. Sampai di suatu titik, komentarmu menggantung distatusku. Lagi-lagi kau mengacaukan langkah sigapku. Lagi, kuarahkan kursorku kearah namamu. Klik, dan kubaca-bacai lagi rentetan statusmu yang kurindu. Aku tak tau seberapa kronis ku menderita, tapi ini benar rasaku…. “I love you, But it hurts”. Kututup coretan diary-ku dengan kalimat terakhir yang membuat dadaku kian sesak itu. 

*Cuplikan cerpen I love you, But it hurts :*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar