Rabu, 14 November 2012

Biogas dari Limbah Pabrik Kelapa Sawit


Krisis energi yang dipicu naiknya harga minyak dunia (pernah mencapai USS 70/barrel) turut menghimpit kehidupan masyarakat diberbagai lapisan Indonesia. 

Hal ini semakin menyadarkan berbagai kalangan ditanah air bahwa ketegantungan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak) secara perlahan perlu dikurangi. Buruknya pengaruh pembakaran BBM terhadap lingkungan juga menjadi faktor pendorong pencarian dan pengembangan energi alternatif non BBM (Indartono, 2005). Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pemerintah telah menetapkan bauran energi nasional tahun 2025 dengan peran minyak bumi sebagai energi akan dikurangi dari 52% saat ini kurang dari 20% pada tahun 2025. Energi alternatif diharapkan mulai mengambil peran yang lebih penting dengan menyuplai 17% terhadap bauran energi nasional, termasuk didalamnya biofuel  atau bahan bakar nabati (BBN) ikut memasok sebanyak 5% (ESDM, 2007).

Naiknya harga gas Elpiji (LPG) membuat kita tersadar bahwa bahan bakar yang ditambang dari perut bumi lambat-laun akan habis. Ketersediaan bahan bakar gas Elpiji akan semakin menipis dan harganya pun akan semakin membumbung tinggi. Sudah saatnya kita beralih ke sumber energi yang dapat diperbaharui. Salah satunya energi terbarukan dari limbah pabrik kelapa sawit. Energi dari bahan tambang seperti minyak bumi dan gas bumi diperkirakan akan habis dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga Indonesia harus segera mencari sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energi) untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan.

Tabel 1. Cadangan dan Produksi Energi Fosil.
Jenis Energi Fosil
Cadangan Produksi
Rasio
Cadangan
Produksi
Minyak
8.400.000.000 barel
348.300.000 barel
24 Tahun
Gas
185 TSCF
2,8 TSCF
66 Tahun
Batubara
18.700.000.000 ton
217.400.000 ton
86 Tahun
Sumber: Diolah dari Handbook of Energi & Economic Statistics of Indonesia 2008

Salah satu sumber energi terbarukan yang belum banyak dimanfaatkan adalah energi dari biogas. Menurut Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (2004) telah menghitung potensi energi dari biomassa yang besarnya mencapai 50.000 MW, namun yang sudah dimanfaatkan hanya sebesar 302 MW.  Salah satu biogas yang jumlahnya sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang jumlahnya mencapai ribuan ton.

Limbah pabrik kelapa sawit sangat melimpah. Saat ini diperkirakan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah cair/tahun dan 15,2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun. Dari limbah tersebut dapat dihasilkan kurang lebih 90 juta m3 biogas. Jumlah ini setara dengan 187,5 milyar ton gas Elpiji. Jumlah biogas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama satu tahun.

Biogas yang komponen utamanya gas metan (CH4) sebenarnya sudah mulai manfaatkan sejak beberapa puluh tahun yang lalu, namun tidak banyak dipergunakan masyarakat. Biogas yang dikenal masyarakat lebih banyak dihasilkan dari pengolahan kotoran ternak atau kotoran manusia. Sebenarnya biogas juga bisa dihasilkan dari biomassa yang lain. Biogas lebih ramah lingkungan dari pada BBM. Pembakaran biogas (metan) akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Kedua gas ini sama seperti gas yang dikeluarkan dari hidung manusia. Bandingkan dengan BBM yang banyak menyebabkan polusi udara. Satu m3 gas metan dapat diubah menjadi energi sebesar 4700 – 6000 kkal atau 20 – 24 MJ. Energi sebesar itu setera dengan energi yang dihasilkan oleh 0,48 kg gas Elpiji (LPG). Penggunaan gas metan tidak hanya menghasilkan energi yang besar tetapi juga lebih ramah lingkungan.

Data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit sangat berpotensi sebagai pembangkit listrik sehingga dapat memenuhi program pengembangan agrobisnis dalam UU No. 25 Th. 2000 (PROPENAS) yaitu, berupa terpeliharanya sistem sumberdaya alam dan lingkungan, serta keberlanjutan pembangunan ekonomi untuk mengantisipasi trade barrier dalam sistem perdagangan global, maka dalam pengelolaan limbah cair di PKS harus dilakukan dengan prinsip yang bersifat global dalam suatu tindakan lokal (think globally, act locally), yaitu secara proaktif untuk memenuhi sasaran agar pembangunan ekonomi tetap berlanjut. Inovasi berupa pembangkit listrik yang dikembangkan dari pengolahan limbah cair kelapa sawit merupakan alternatif yang sangat prospektif karena hanya dengan memanfaatkan limbah yang seharusnya berdampak buruk terhadap lingkungan selama ini. Serta menjadi langkah optimis untuk mengembangkan energi alternatif yang nantinya diharapkan minimal mampu memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan bagi PKS dan dapat juga dikembangkan sebagai langkah untuk membangun daerah mandiri energi disekitar PKS.
Penulis : Zimam, Faiz, Nudhar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar