Krisis energi yang dipicu naiknya harga minyak dunia (pernah
mencapai USS 70/barrel) turut menghimpit kehidupan masyarakat diberbagai
lapisan Indonesia.
Hal ini semakin menyadarkan berbagai kalangan ditanah air bahwa ketegantungan terhadap BBM (Bahan Bakar Minyak) secara perlahan perlu dikurangi. Buruknya pengaruh pembakaran BBM terhadap lingkungan juga menjadi faktor pendorong pencarian dan pengembangan energi alternatif non BBM (Indartono, 2005). Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, pemerintah telah menetapkan bauran energi nasional tahun 2025 dengan peran minyak bumi sebagai energi akan dikurangi dari 52% saat ini kurang dari 20% pada tahun 2025. Energi alternatif diharapkan mulai mengambil peran yang lebih penting dengan menyuplai 17% terhadap bauran energi nasional, termasuk didalamnya biofuel atau bahan bakar nabati (BBN) ikut memasok sebanyak 5% (ESDM, 2007).
Naiknya harga gas Elpiji (LPG) membuat kita tersadar bahwa
bahan bakar yang ditambang dari perut bumi lambat-laun akan habis. Ketersediaan
bahan bakar gas Elpiji akan semakin menipis dan harganya pun akan semakin
membumbung tinggi. Sudah saatnya kita beralih ke sumber energi yang dapat
diperbaharui. Salah satunya energi terbarukan dari limbah pabrik kelapa
sawit. Energi dari bahan tambang seperti minyak bumi dan gas bumi
diperkirakan akan habis dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga Indonesia
harus segera mencari sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energi)
untuk memenuhi kebutuhan energi di masa depan.
Tabel 1. Cadangan dan Produksi Energi Fosil.
Jenis Energi Fosil
|
Cadangan Produksi
|
Rasio
|
Cadangan
Produksi
|
Minyak
|
8.400.000.000 barel
|
348.300.000 barel
|
24 Tahun
|
Gas
|
185 TSCF
|
2,8 TSCF
|
66 Tahun
|
Batubara
|
18.700.000.000 ton
|
217.400.000 ton
|
86 Tahun
|
Sumber: Diolah dari
Handbook of Energi & Economic Statistics of Indonesia 2008
Salah
satu sumber energi terbarukan yang belum banyak dimanfaatkan adalah energi dari
biogas. Menurut Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (2004) telah menghitung
potensi energi dari biomassa yang besarnya mencapai 50.000 MW, namun yang sudah
dimanfaatkan hanya sebesar 302 MW. Salah satu biogas yang jumlahnya
sangat besar dan belum banyak dimanfaatkan adalah limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang jumlahnya mencapai ribuan ton.
Limbah pabrik kelapa sawit sangat melimpah. Saat ini
diperkirakan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia mencapai 28,7
juta ton limbah cair/tahun dan 15,2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun. Dari
limbah tersebut dapat dihasilkan kurang lebih 90 juta m3 biogas. Jumlah ini
setara dengan 187,5 milyar ton gas Elpiji. Jumlah biogas ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama satu tahun.
Biogas
yang komponen utamanya gas metan (CH4) sebenarnya sudah mulai manfaatkan sejak
beberapa puluh tahun yang lalu, namun tidak banyak dipergunakan masyarakat.
Biogas yang dikenal masyarakat lebih banyak dihasilkan dari pengolahan kotoran
ternak atau kotoran manusia. Sebenarnya biogas juga bisa dihasilkan dari
biomassa yang lain. Biogas lebih ramah lingkungan dari pada BBM. Pembakaran
biogas (metan) akan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). Kedua
gas ini sama seperti gas yang dikeluarkan dari hidung manusia. Bandingkan
dengan BBM yang banyak menyebabkan polusi udara. Satu m3 gas metan dapat diubah menjadi energi sebesar 4700 – 6000
kkal atau 20 – 24 MJ. Energi sebesar itu setera dengan energi yang dihasilkan
oleh 0,48 kg gas Elpiji (LPG). Penggunaan gas metan tidak hanya menghasilkan
energi yang besar tetapi juga lebih ramah lingkungan.
Data
yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa limbah cair pabrik kelapa sawit sangat
berpotensi sebagai pembangkit listrik sehingga dapat memenuhi program
pengembangan agrobisnis dalam UU No. 25 Th. 2000 (PROPENAS) yaitu, berupa
terpeliharanya sistem sumberdaya alam dan lingkungan, serta keberlanjutan
pembangunan ekonomi untuk mengantisipasi trade barrier dalam sistem perdagangan global, maka dalam pengelolaan
limbah cair di PKS harus dilakukan dengan prinsip yang bersifat global dalam
suatu tindakan lokal (think
globally, act locally), yaitu secara proaktif untuk
memenuhi sasaran agar pembangunan ekonomi tetap berlanjut. Inovasi berupa
pembangkit listrik yang dikembangkan dari pengolahan limbah cair kelapa sawit
merupakan alternatif yang sangat prospektif karena hanya dengan memanfaatkan limbah
yang seharusnya berdampak buruk terhadap lingkungan selama ini. Serta menjadi
langkah optimis untuk mengembangkan energi alternatif yang nantinya diharapkan
minimal mampu memenuhi kebutuhan energi ramah lingkungan bagi PKS dan dapat
juga dikembangkan sebagai langkah untuk membangun daerah mandiri energi
disekitar PKS.
Penulis : Zimam, Faiz, Nudhar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar