Prospek Minyak Nilam dalam Pengembangan
Agroindustri Indonesia
Oleh :
Nur Faizah /F34090109
Memasuki abad 21, perekonomian
Indonesia menglami permasalahan yang sangat berat. Penurunan pendapatan,
kemiskinan, pengangguran, laju inflasi yang tinggi merupakan beberapa deretan
masalah yang harus sesegera mungkin diselesaikan. Penyelesaian masalah tersebut
tidak hanya ditujukan agar Indonesia mampu menghasilkan devisa yang tinggi
saja, namun perlu juga memperhatikan perekonomian rakyat dengan cara membuka
lapangan kerja yang seluas-luasnya. Masyarakat Indonesia sebagian besar
merupakan petani, lahan yang cukup luas serta kesuburan tanah yang mendukung
menjadi faktor utama dalam pentingnya pemilihan pertanian sebagai solusi
penyelesaian sederetan masalah di atas. Tentunya salah, jika masyarakat
menganggap bahwa pertanian tidak bisa meningkatkan derajat hidup masyarakat
Indonesia. Perlu terobosan-terobosan yang cemerlang untuk menangguhkan
kesejahteraan Indonesia melalui pertanian.
Agroindustri merupakan salah satu opsi
yang perlu dikembangkan. Sebagai industry yang berbasis sumber daya,
agroindustri berpotensi dapat meningkatkan devisa negara serta mampu memberikan
lapangan kerja. Pengembangan sektror industry pertanian perlu dilakukan secara
terintegrasi yakni adanya keterkaitan antara sektor hulu dan hilir,
sehingga tercipta agroindustri yang produktif dan sinergis.
Agroindustri dapat diartikan dalam dua
hal, yaitu pertama agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari
produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini menekankan pada food
processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku
utamanya adalah produk pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu
diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan
pertanian. Untuk mencapai pengertian kedua dari agroindustri perlu adanya
integrasi.
Indonesia merupakan negara yang
memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari
segi lahan yang subur, sehingga dapat memberikan
efek positif dalam pembudidayaan tanaman. Dewasa ini, banyak tanaman yang
dibudidayakan dan memiliki kualitas ekspor yang sangat membantu peningkatan
devisa negara. Sekian banyak tanaman tersebut, tanaman penghasil minyak atsiri
memiliki prospek yang tinggi dalam hal peningkatan devisa negara. Menurut Ketua
Dewan Atsiri Indonesia Wien P Gunawan, Indonesia adalah penghasil minyak atsiri
terbesar kedua di Asia. Data UN Comtrade tahun 2006 bahkan menunjukkan,
Indonesia merupakan produsen minyak atsiri terbesar ketujuh di dunia.
Indonesia memiliki sekitar 40 jenis
tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun yang telah dikembangkan
sekitar 37 jenis. Namun, dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak
atsiri tersebut, yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam. Menurut
Ketaren (1985) minyak nilam merupakan komoditi ekspor, karenanya memiliki
prospek yang cukup cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam
industri-industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring
agent dan lain-lain.Bahkan, Indonesia merupakan pemasok minyak nilam
terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam tahun 2002
sebesar 12,95 ton dengan nilai US $ 22,526 juta (Ditjen Bina Produksi
Perkebunan 2004).
Potensi yang cukup menjanjikan ini,
tentunya mendorong masyarakat untuk lebih memperbanyak produktivitas Nilam. Hal
ini dapat diketahui dari lahan perkebunan nilam terus bertambah setiap
tahunnya. Terbukti, menurut Ditjen Bina Produksi Perkebunan (2004) areal
perkebunan nilam dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat, dari 9.065 ha
pada tahun 1992 menjadi 21.602 ha, pada tahun 2002.
Minyak nilam mempunyai banyak
keunggulan. Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa
panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup
lama. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi
pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor
dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintesis atau bahan pengganti yang
dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu, kondisi dan potensi
minyak nilam tersebut merupakan basic power. Bila dikaitkan dengan suatu
perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan segala ruang lingkup
usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi daya tanaman ini
prospektif dan menguntungkan.
Kendala yang dialami petani nilam
saat ini terutama pada pengolahan pasca panen, yakni pada penyulingan minyak
nilam yang menghasilkan rendemen yang masih rendah. Hal ini karena teknologi
dalam proses penyulingan nilam yang dilakukan oleh para petani umumnya di
Indonesia boleh dibilang masih sederhana, sehingga banyaknya permintaan pasar
ekspor belum sepenuhnya terjangkau. Padahal, nilam memiliki prospek yang sangat
besar dalam peningkatan devisa Negara. Dengan penyulingan yang sederhana maka
rendemen yang dihasilkan pun belum sesuai dengan kriteria mutu nilam.
Akibatnya petani tradisional hanya menjual sendiri hasil penyulingannya
dengan harga yang rendah. Hal ini sangat penting diperhatikan, integrasi
agroindustri sekali lagi sangat dibutuhkan dalam menangani permasalahan ini.
Teknologi pengolahan dalam masyarakat
Indonesia boleh dibilang masih rendah mutu. Selain belum tersedianya mesin yang
produktif dan terjangkau, sistem manajemen dan pengetahuan petani nilam yang
masih sangat rendah. Hal ini tentu menjadi penghambat produsen nilam dalam
memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Peningkatan pemintaan harus
diiringi dengan peningkatan produksi nilam dalam negri. Usaha optimasi produksi
sangat berperan disini. Optimasi produksi dapat dilakukan dengan pengolahan
pasca panen yang mengutamakan kualitas produk dan produksi bersih sehingga
produktifitas lebih tinggi dan disertai dengan tingginya mutu minyak nilam yang
dihasilkan.
Guna menghadapi persaingan produksi
minyak nilam di Indonesia, diperlukan efisiensi dalam budidaya tanaman nilam.
Perbaikan teknik budidaya serta adopsi teknologi tepat guna dalam pengolahan
minyak nilam merupakan salah satu solusi dalam peningkatan produksi minyak
nilam. Pemilihan teknologi tepat guna harus memperhatikan hal-hal berikut:
Ø Pemilihan teknologi harus
sesuai dengan kebutuhan kualitas dan kebutuhan pengolahan, dalam hal ini
pertimbangan pemilihan teknologi harus memadukan kompleksitas teknologi dengan
biaya yang dibutuhkan,
Ø Pemilihan teknologi harus juga
mempertimbangkan kapasitas produksi yang digunakan. Kapasitas yang digunakan
harus sesuai dengan kontinuitas bahan baku,
Ø Kapasitas manajemen penting
diketahui sebelum dilakukan pemilihan teknologi. Karena dengan pemilihan
teknologi yang canggih harus seimbang dengan kapasitas manajemen yang memadai.
Adanya solusi penyalesaian masalah di
atas diharapkan mampu mendongkrak peningkatan produksi minyak atsiri dari
nilam, sehingga permintaan pasar dapat tepenuhi. Dengan begitu, potensi minyak
nilam dapat pula mengembangkan agroindustri Indonesia yang memiliki prospek
cemerlang. Pasar minyak nilam seyogyanya tidak hanya difokuskan pada pasar
ekspor, perlu dibentuk industry hilir dalam negri yang mampu mengolah minyak
nilam menjadi produk jadi, untuk memperoleh added value yang signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar