Minggu, 13 Mei 2012

Nilam Prospektif Dikembangkan di Indonesia


Prospek Minyak Nilam dalam Pengembangan Agroindustri Indonesia
Oleh :
Nur Faizah /F34090109

Memasuki abad 21, perekonomian Indonesia menglami permasalahan yang sangat berat. Penurunan pendapatan, kemiskinan, pengangguran, laju inflasi yang tinggi merupakan beberapa deretan masalah yang harus sesegera mungkin diselesaikan. Penyelesaian masalah tersebut tidak hanya ditujukan agar Indonesia mampu menghasilkan devisa yang tinggi saja, namun perlu juga memperhatikan perekonomian rakyat dengan cara membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya. Masyarakat Indonesia sebagian besar merupakan petani, lahan yang cukup luas serta kesuburan tanah yang mendukung menjadi faktor utama dalam pentingnya pemilihan pertanian sebagai solusi penyelesaian sederetan masalah di atas. Tentunya  salah, jika masyarakat menganggap bahwa pertanian tidak bisa meningkatkan derajat hidup masyarakat Indonesia. Perlu terobosan-terobosan yang cemerlang untuk menangguhkan kesejahteraan Indonesia melalui pertanian.

Agroindustri merupakan salah satu opsi yang perlu dikembangkan. Sebagai industry yang berbasis sumber daya, agroindustri berpotensi dapat meningkatkan devisa negara serta mampu memberikan lapangan kerja. Pengembangan sektror industry pertanian perlu dilakukan secara terintegrasi yakni  adanya keterkaitan antara sektor hulu dan hilir, sehingga tercipta agroindustri yang produktif dan sinergis.

Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian. Untuk mencapai pengertian kedua dari agroindustri perlu adanya integrasi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari segi lahan yang subur, sehingga dapat memberikan efek positif dalam pembudidayaan tanaman. Dewasa ini, banyak tanaman yang dibudidayakan dan memiliki kualitas ekspor yang sangat membantu peningkatan devisa negara. Sekian banyak tanaman tersebut, tanaman penghasil minyak atsiri memiliki prospek yang tinggi dalam hal peningkatan devisa negara. Menurut Ketua Dewan Atsiri Indonesia Wien P Gunawan, Indonesia adalah penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia. Data UN Comtrade tahun 2006 bahkan menunjukkan, Indonesia merupakan produsen minyak atsiri terbesar ketujuh di dunia.

Indonesia memiliki sekitar 40 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun yang telah dikembangkan sekitar 37 jenis. Namun, dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak  atsiri tersebut, yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam. Menurut Ketaren (1985) minyak nilam merupakan komoditi ekspor, karenanya memiliki prospek yang cukup cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri-industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring agent dan lain-lain.Bahkan, Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam tahun 2002 sebesar 12,95 ton dengan nilai US $ 22,526 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2004).

Potensi yang cukup menjanjikan ini, tentunya mendorong masyarakat untuk lebih memperbanyak produktivitas Nilam. Hal ini dapat diketahui dari lahan perkebunan nilam terus bertambah setiap tahunnya. Terbukti, menurut Ditjen Bina Produksi Perkebunan (2004) areal perkebunan nilam dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat, dari 9.065 ha pada tahun 1992 menjadi 21.602 ha, pada tahun 2002.

Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup lama. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintesis atau bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu, kondisi dan potensi minyak nilam tersebut merupakan basic power. Bila dikaitkan dengan suatu perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan segala ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi daya tanaman ini prospektif dan menguntungkan.

Kendala  yang dialami petani nilam saat ini terutama pada pengolahan pasca panen, yakni pada penyulingan minyak nilam yang menghasilkan rendemen yang masih rendah. Hal ini karena teknologi dalam proses penyulingan nilam yang dilakukan oleh para petani umumnya di Indonesia boleh dibilang masih sederhana, sehingga banyaknya permintaan pasar ekspor belum sepenuhnya terjangkau. Padahal, nilam memiliki prospek yang sangat besar dalam peningkatan devisa Negara. Dengan penyulingan yang sederhana maka rendemen yang dihasilkan pun belum sesuai dengan  kriteria mutu nilam. Akibatnya petani tradisional  hanya menjual sendiri hasil penyulingannya dengan harga yang rendah. Hal ini sangat penting diperhatikan, integrasi agroindustri sekali lagi sangat dibutuhkan dalam menangani permasalahan ini.

Teknologi pengolahan dalam masyarakat Indonesia boleh dibilang masih rendah mutu. Selain belum tersedianya mesin yang produktif dan terjangkau, sistem manajemen dan pengetahuan petani nilam yang masih sangat rendah. Hal ini tentu menjadi penghambat produsen nilam dalam memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Peningkatan pemintaan harus diiringi dengan peningkatan produksi nilam dalam negri. Usaha optimasi produksi sangat berperan disini. Optimasi produksi dapat dilakukan dengan pengolahan pasca panen yang mengutamakan kualitas produk dan produksi bersih sehingga produktifitas lebih tinggi dan disertai dengan tingginya mutu minyak nilam yang dihasilkan.

Guna menghadapi persaingan produksi minyak nilam di Indonesia, diperlukan efisiensi dalam budidaya tanaman nilam. Perbaikan teknik budidaya serta adopsi teknologi tepat guna dalam pengolahan minyak nilam merupakan salah satu solusi dalam peningkatan produksi minyak nilam. Pemilihan teknologi tepat guna harus memperhatikan hal-hal berikut:
Ø  Pemilihan teknologi harus sesuai dengan kebutuhan kualitas dan kebutuhan pengolahan, dalam hal ini pertimbangan pemilihan teknologi harus memadukan kompleksitas teknologi dengan biaya yang dibutuhkan,
Ø  Pemilihan teknologi harus juga mempertimbangkan kapasitas produksi yang digunakan. Kapasitas yang digunakan harus sesuai dengan kontinuitas bahan baku,
Ø  Kapasitas manajemen penting diketahui sebelum dilakukan pemilihan teknologi. Karena dengan pemilihan teknologi yang canggih harus seimbang dengan kapasitas manajemen yang memadai.

Adanya solusi penyalesaian masalah di atas diharapkan mampu mendongkrak peningkatan produksi minyak atsiri dari nilam, sehingga permintaan pasar dapat tepenuhi. Dengan begitu, potensi minyak nilam dapat pula mengembangkan agroindustri Indonesia yang memiliki prospek cemerlang. Pasar minyak nilam seyogyanya tidak hanya difokuskan pada pasar ekspor, perlu dibentuk industry hilir dalam negri yang mampu mengolah minyak nilam menjadi produk jadi, untuk memperoleh added value yang signifikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar