Minggu, 27 Mei 2012

Do'a


Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan kedua orang tuaku
Bukakanlah pintu rahmat dan hidayah bagi kami
Tuk menuju ridho-Mu Ya Allah

Ya Robb...
Gerakkanlah badan ini... Jiwa ini... Hati ini.... & Pikiran ini....
Yang sementara ini lumpuh tak berdaya...
Tak berdaya menunaikan ibadah-Mu... perintah-Mu....
Dan Tak berdaya mencari ilmu-Mu yang luas ini...

Ya Robb...
Yang Maha Pengampun, Yang Maha Penguasa alam Semesta, Yang Maha Pencipta...
Aku tak inginkan apapun, baik prestasi, IPK, dunia ataupun harta...

Ya Robb....
Sekarang yang aku inginkan hanya KEKAYAAN HATI untuk selalu dalam kehadirat-Mu....
Hati yang rindu dalam Jalan-Mu... Rindho-Mu... Perintah-Mu....
Bimbinglah hati ini, Ya Allah sebenar-benarnya Pembimbing...
Sinarilah hati ini, Wahai Sang Pemilik Sinar Ilaihiyah....
Siramilah hati yang sudah mulai mengeras ini, wahai pemilik penyejuk jiwa...

أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا * أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا * وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا
ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ * يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ * يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ

Sabtu, 26 Mei 2012

Untuk Sahabat


Lihat keluar sahabat....
Bintangku datang... iyaaah ini malam tiba!!
senyumnya melebar sedikit-demi sedikit
taukah?? itu bintang penyemangatku, 
bintang yang slalu hadir membawa api penyulut semangatku... 
iyah, setiap  hari ku pandangi, 
ia datang membawa obor semangat...
namun hari ini nampaknya tak biasa
senyumnya tak sesempurna biasanya...
lantas ku panggil ia... 
"wahai bintangku, knapa senyumu kian hambar, 
emmhhh... knapa yang kau bawa bukan lagi obor??"
seolah bintangku menjawab "iya, "
seperti itu saja...
(dahiku mengkerut,)
aq masuk saja ke dlam kamar mungilku, 
ku tarik bangku belajarku yang agak kusam itu,,,
lalu duduk terdiam,
tak mengerti, smangatku tiba2 turun...
merunduk,,, merenung apa gerangan yang meredupkan cahaya bintangku.... 
tak trasa mataku meneteskan buliran airnya jatuh tepat di ujung jilbab putihku ....
hatiku mulai bergejolak....
apa gerangan yang menimpa bintangku...
dia ahkir2 ini berbeda...
senyumnya tak semanis sbelumnya
smangatnya tampak kurang ikhlas...
kata-katanya yang biasa, bagaikan ujung jarum...


"AKU** iya ini salahku!!... "
kata2 itu bergemuruh terus mnerus dalam hatiku...
Astagfirullah.... dadaku terasa sesak hingga isak tangisku terdengar.

"Ini Salahku..."
apa aku pernah berkata menyakiti hatinya?*
apa aku sudah tak menghiraukannya?*
Aku bertindak salah?, bekerja ceroboh?, gak sopan?, sok?, judes?,dll itukah yang buat ia meredup...*
"aku udah mencoba minta maaf!!" bantah batinku..
tapi ia seolah tak mau memaafkan..

Ingatkanku bintangku..."
"ceritalah, salahkan aq... pukul aq bila perlu" kalau itu yang bisa membangkitkan smangatmu lagi... 
banyak orang tak ingin melihatmu senyum dan smangat yang keluar itu terpaksa sahabat...

Minggu, 13 Mei 2012

MOCAF= Techno – Agroindustry Stategis Di Pesantren


Pondok pesantren sebagai basis pendidikan islam yang telah berdiri sejak lama di Indonesia merupakan suatu hal yang seharusnya lebih disoroti. Sebagai lembaga pendidikan non-formal yang pertama di Indonesia, sekaligus sebagai basis perjuangan kemerdekaan Indonesia pondok pesantren kini kurang mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Hal ini sangat berdampak besar pada eksistensinya sebagai lembaga pendidikan islam. Sebagaimana dikatakan oleh  H. Choirul Fuad Yusuf, Direktur Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren dalam acara “Halaqah Pesantren” bahwa hingga saat ini, pesantren yang secara historis sudah ada sejak 700 tahun yang lalu (abad 13), baru secara regulatif terformalkan setelah ada Undang-Undang No. 20 th 2003 dan PP No. 55 th 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan. Kata pesantren terakomodir, tersurat, terlihat jelas, dan ada; bagaimana dan untuk apa pesantren itu berada (pondokpesantren.net, 2010) 
Dampak besar yang paling terasa adalah kesan yang timbul di kalangan masyarakat yang berdampak pada image pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang penting dalam membentuk pribadi muslim, kini kurang dipahami. Kesan-kesan buruk mengenai pondok pesantren sedikit demi sedikit bermunculan. Selain itu, berdampak pula pada keadaan ekonomi pesantren. Bagi beberapa pondok pesantren mungkin hal ini tidak menjadi masalah, karena ia telah mampu menciptakan ekonomi mandiri bagi pondok pesantrennya. Akan tetapi banyak pondok pesantren lainnya yang belum mampu menciptakan ekonomi mandiri bagi pesantrennya.
Umumnya, lokasi berdirinya pesantren berada di pedesaan yang memiliki lahan yang cukup luas dan belum optimal pemanfaatannya. Hal ini menjadi aset berharga untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian terintegrasi. Santri di pesantren, umumnya hanya dibekali ilmu umum dan agama sesuai kurikulum pesantren saja. Sehingga tak jarang apabila seseorang lulus sekolah dengan membawa label “santri” kurang dihargai di masyarakat, karena keilmuan yang kurang “canggih”. Terlebih lagi pesantren yang hanya memiliki basis salafiyah (sekolah keagamaan saja).
Ubi Kayu merupakan tanaman pertanian yang mudah dibudidayakan dan murah. Selain itu produk turunan Ubi Kayu sangat banyak. Salah satu produk turunan Ubi Kayu  yang dibutuhkan saat ini adalah MOCAF (Modified Cassava Flour) yang merupakan tepung modifikasi yang memiliki karakteristik menyerupai tepung terigu. Pratiwi (2011) menyatakan bahwa,Indonesia dikenal sebagai Negara yang banyak melakukan Impor tepung terigu dari beberapa Negara seperti Turki, Australia, dan Srilanka. Pada periode Januari – April 2011 impor biji gandum tercatat sebesar US$ 659,4 juta yang naik 60,28% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 411,4 juta. Realisasi Impor tepung terigu sepanjang 2011 diperkirakan akan melampaui nilai impor 2010 yang tercatat sebesar US$ 261,7 juta. Menurut data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa impor tepung terigu dari Januari – Agustus 2011 sebesar 433,429 ton. Sekitar 53,44% dari total itu, yakni 231.649 berasal dari Turki. Dari isu tersebut, maka MOCAF dapat menjadi alternatif pengganti terigu yang selama ini terus mengalami kenaikan nilai impor yang tak dapat dibendung.
Kemandirian merupakan jawaban yang tepat untuk mengatasi masalah ekonomi pesantren. Konsep revitalsasi pertanian melalui produksi MOCAF (Modified Cassava Flour) sebagai pengembangan Techno-Agroindustry Strategis di Pesantren merupakan wacana penerapan prinsip added value terhadap hasil pertanian, khususnya Ubi Kayu yang masih dianggap kurang potensial jika dikembangkan. MOCAF merupakan produk turunan dari tepung Ubi Kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel Ubi Kayu secara fermentasi. MOCAF dibuat melalui delapan proses yaitu proses pengupasan, proses pencucian, proses pengecilan ukuran, proses perendaman, proses pengembangbiakan starter bakteri asam laktat, proses pengepresan, proses pengeringan, proses penggilingan dan pengayakan. Adanya teknologi fermentasi dalam produksi MOCAF  menjadikannya memiliki karakteristik yang menyerupai tepung terigu. Sehingga MOCAF dapat dijadikan alternatif subtitusi tepung terigu tanpa mengurangi kualitas produk dengan persentase tertentu. Isu impor tepung terigu yang nilainya masih tinggi, diharapkan dapat terkurangi dengan pengembangan industri MOCAF ini.
Modal usaha merupakan aspek penting dalam pendirian suatu industry agro berskala kecil sekalipun. Adapun modal usaha yang dapat dipersiapkan oleh pesantren dalam pengembangan konsep ini dari kerjasama dengan investor, modal dari pemerintah khususnya bantuan Kementrian Agama, dan modal pribadi pesantren dari kas pesantren sendiri. 
Sistem industri agro yang nantinya dikembangkan memiliki prinsip yang strategis yaitu mampu mengintegrasikan pengolahan hasil pertanian sehingga memberikan added value yang tinggi bukan saja terhadap hasil pertanian, namun juga SDM di pesantren sendiri. Tahapan yang perlu dikembangkan dalam konsep Techno-Agroindustry strategis ini adalah budidaya bahan baku, proses pembuatan MOCAF, distribusi MOCAF dan pengembangan produknya, pemasaran produk serta yang terpenting adalah pembinaan sumberdaya santri yang difokuskan sebagai agen penggerak konsep Techno-Agroindustry strategis ini. Sehingga revitalisasi pertanian melalui pengembangan agroindustri di pesantren merupakan pilihan yang strategis untuk menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan masyarakat pesantren.
Menurut Faisal (1993) menyatakan bahwa, pembangunan sektor industri sebetulnya merupakan salah satu alternatif strategi yang dipilih untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain harus berorientasi pada lingkungan biofisik dan sosial ekonomi berbagai penelitian tentang dampak suatu zona industri menyimpulkan bahwa adanya pembangunan industri akan membawa serta teknologi dan manajemen modern. Hal ini berdampak positif terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dari diagram di atas terdapat beberapa tahapan penting untuk mencapai pesantren yang mandiri melalui konsep Techno-Agroindustry strategis. Berikut ini tahapan yang perlu dikembangkan:
*      Pembinaan:
Proses ini merupakan inti penting dalam pelaksanaan konsep. Pembinaan bertujuan untuk memberikan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaksanaan, pengkoordinasian, serta pendampingan dalam setiap proses yang dilakukan untuk mengembangkan konsep ini. Dalam pembinaan diperlukan orang-orang yang kompeten dalam bidang techno-agroindustry. Sehingga, pembina bisa berasal dari kalangan akademisi (guru, dosen, mahasiswa), pengusaha atau pun pihak lain yang kompeten. Adapun peserta yang dibina meliputi santri yang difokuskan sebagai penggerak utama konsep techno-agroindustry, yaitu santri senior/ perguruan tinggi dan dari alumni yang mengabdi di pesantren, karena santri senior diharapkan mampu dikader sebagai santri agroindustrialist yang religious ketika lulus dari pesantren. Kebijakan penempatan SDM penggerak konsep ini tergantung pada kebijakan pesantren yang bersangkutan. Pembinaan yang diberikan berupa pelatihan Techno-Agroindustry secara menyeluruh meliputi proses pembuatan produk hingga pemasarannya.
*      Budidaya Bahan Baku:
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan MOCAF adalah ubi kayu (singkong). Budidaya dapat dilakukan di dalam pesantren sendiri yakni apabila pesantren memiliki lahan yang cukup untuk menanam singkong. Namun jika lahan tidak mencukupi, pesantren dapat memasok bahan baku MOCAF dari warga sekitar. Cara ini menjadi alternatif terbaik, karena secara tidak langsung pesantren membantu meningkatkan perekonomian warga sekitar. Dalam memasok singkong untuk keperluan pembuatan MOCAF, tentunya dipilih bahan baku yang berkualitas dan memiliki kadar pati yang tinggi. Sehingga pembinaan budidaya singkong perlu dilakukan pada pesantren maupun masyarakat yang memasok singkong.
*      Proses Pembuatan MOCAF
Pembuatan tepung MOCAF dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada meliputi, Ubi Kayu dibuang kulitnya, dikerok lendirnya, dan dicuci bersih. Kemudian dilakukan pengecilan ukuran Ubi Kayu dilanjutkan dengan tahap fermentasi selama 12-72 jam. Setelah fermentasi, Ubi Kayu tersebut dikeringkan kemudian ditepungkan sehingga dihasilkan produk. Proses ini dapat dilakukan oleh santri yang difokuskan sebagai penggerak utama pengembangan Techno-Agroindustry yang sebelumnya telah dibina.
*      Distribusi Produk MOCAF
MOCAF merupakan produk antara, sehingga pengolahan lebih lanjut dapat didistribusikan ke industri yang membutuhkan, misalnya industri mie instan dan yang lain. Fokus konsep Techno-Agroindustry adalah pengolahan lanjut yang dilakukan di pesantren itu sendiri maupun pesantren yang lain. Pengolahan di pesantren itu sendiri dapat dilakukan ketika SDM (Sumber Daya Manusia) atau santri mencukupi untuk melakukan proses produksi produk jadi seperti mie, jajanan, makanan lain yang berbahan baku MOCAF. Alternatif lain yaitu, dengan bekerjasama dengan pesantren lain, sehingga pembuatan produk siap konsumsi dapat dikembangkan. Cara ini dianggap terbaik karena mampu membantu pesantren yang lain untuk berkembang dan mandiri.
*      Pemasaran Produk
Pemasaran produk dilakukan dengan memasarkan Produk siap makan yang berbahan baku MOCAF atau pun MOCAF itu sendiri sebagai produk antara. Tahap ini merupakan jenjang menuju pesantren yang mandiri secara finansial dan SDM-nya. Sehingga anggapan masyarakat tentang pesantren yang hanya bisa mengaji saja, atau hanya sebagai tempat yang kurang layak dalam membina muridnya dapat diminimisasi atau mungkin ditiadakan.
Revitalisasi pertanian melalui pengembangan agroindustri di pesantren merupakan pilihan yang strategis untuk menggerakan roda perekonomian dan pemberdayaan masyarakat pesantren. Hal ini di mungkinkan karena adanya kemampuan yang tinggi dari agroindustri dalam penyerapan tenaga kerja mengingat sifat industri pertanian yang padat karya dan bersifat massal. Industri pertanian yang berbasis pada masyarakat tingkat menengah dan bawah ini merupakan sektor yang sesuai untuk menampung banyak tenaga kerja dan menjamin perluasan berusaha sehingga akan efektif dalam upaya meningkatkan perekonomian di pesantren dan daerah sekitarnya. Sangat rasional jika menempatkan industrialisasi pesantren sebagai upaya dalam merevitalisasi pertanian.
Konsep revitalsasi pertanian melalui produksi MOCAF (Modified Cassava Flour sebagai pengembangan Techno-Agroindustry Strategis di Pesantren merupakan wacana penerapan prinsip added value terhadap hasil pertanian, khususnya Ubi Kayu yang masih dianggap kurang potensial jika dikembangkan. Pada akhirnya, konsep ini kedepan diharapkan menjadikan pesantren sebagai lahan penempaan santri yang memiliki jiwa agroindustrialist yang religious. Hal ini menjadi penting karena zaman yang modern ini bukan hanya membutuhkan lulusan yang ber-Iptek tinggi, namun juga harus disandingi dengan Imtaq yang kuat. 

Nilam Prospektif Dikembangkan di Indonesia


Prospek Minyak Nilam dalam Pengembangan Agroindustri Indonesia
Oleh :
Nur Faizah /F34090109

Memasuki abad 21, perekonomian Indonesia menglami permasalahan yang sangat berat. Penurunan pendapatan, kemiskinan, pengangguran, laju inflasi yang tinggi merupakan beberapa deretan masalah yang harus sesegera mungkin diselesaikan. Penyelesaian masalah tersebut tidak hanya ditujukan agar Indonesia mampu menghasilkan devisa yang tinggi saja, namun perlu juga memperhatikan perekonomian rakyat dengan cara membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya. Masyarakat Indonesia sebagian besar merupakan petani, lahan yang cukup luas serta kesuburan tanah yang mendukung menjadi faktor utama dalam pentingnya pemilihan pertanian sebagai solusi penyelesaian sederetan masalah di atas. Tentunya  salah, jika masyarakat menganggap bahwa pertanian tidak bisa meningkatkan derajat hidup masyarakat Indonesia. Perlu terobosan-terobosan yang cemerlang untuk menangguhkan kesejahteraan Indonesia melalui pertanian.

Agroindustri merupakan salah satu opsi yang perlu dikembangkan. Sebagai industry yang berbasis sumber daya, agroindustri berpotensi dapat meningkatkan devisa negara serta mampu memberikan lapangan kerja. Pengembangan sektror industry pertanian perlu dilakukan secara terintegrasi yakni  adanya keterkaitan antara sektor hulu dan hilir, sehingga tercipta agroindustri yang produktif dan sinergis.

Agroindustri dapat diartikan dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Arti yang kedua adalah bahwa agroindustri itu diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian. Untuk mencapai pengertian kedua dari agroindustri perlu adanya integrasi.

Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah dari segi lahan yang subur, sehingga dapat memberikan efek positif dalam pembudidayaan tanaman. Dewasa ini, banyak tanaman yang dibudidayakan dan memiliki kualitas ekspor yang sangat membantu peningkatan devisa negara. Sekian banyak tanaman tersebut, tanaman penghasil minyak atsiri memiliki prospek yang tinggi dalam hal peningkatan devisa negara. Menurut Ketua Dewan Atsiri Indonesia Wien P Gunawan, Indonesia adalah penghasil minyak atsiri terbesar kedua di Asia. Data UN Comtrade tahun 2006 bahkan menunjukkan, Indonesia merupakan produsen minyak atsiri terbesar ketujuh di dunia.

Indonesia memiliki sekitar 40 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri, namun yang telah dikembangkan sekitar 37 jenis. Namun, dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak  atsiri tersebut, yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam. Menurut Ketaren (1985) minyak nilam merupakan komoditi ekspor, karenanya memiliki prospek yang cukup cerah dan selalu dibutuhkan secara berkesinambungan dalam industri-industri parfum, wewangian, kosmetik, sabun, farmasi, flavouring agent dan lain-lain.Bahkan, Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam tahun 2002 sebesar 12,95 ton dengan nilai US $ 22,526 juta (Ditjen Bina Produksi Perkebunan 2004).

Potensi yang cukup menjanjikan ini, tentunya mendorong masyarakat untuk lebih memperbanyak produktivitas Nilam. Hal ini dapat diketahui dari lahan perkebunan nilam terus bertambah setiap tahunnya. Terbukti, menurut Ditjen Bina Produksi Perkebunan (2004) areal perkebunan nilam dalam sepuluh tahun terakhir terus meningkat, dari 9.065 ha pada tahun 1992 menjadi 21.602 ha, pada tahun 2002.

Minyak nilam mempunyai banyak keunggulan. Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup lama. Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintesis atau bahan pengganti yang dapat menyamai manfaat minyak nilam ini. Oleh sebab itu, kondisi dan potensi minyak nilam tersebut merupakan basic power. Bila dikaitkan dengan suatu perencanaan pengelolaan budi daya tanaman nilam dengan segala ruang lingkup usaha yang menyertainya, dapat disimpulkan bahwa program budi daya tanaman ini prospektif dan menguntungkan.

Kendala  yang dialami petani nilam saat ini terutama pada pengolahan pasca panen, yakni pada penyulingan minyak nilam yang menghasilkan rendemen yang masih rendah. Hal ini karena teknologi dalam proses penyulingan nilam yang dilakukan oleh para petani umumnya di Indonesia boleh dibilang masih sederhana, sehingga banyaknya permintaan pasar ekspor belum sepenuhnya terjangkau. Padahal, nilam memiliki prospek yang sangat besar dalam peningkatan devisa Negara. Dengan penyulingan yang sederhana maka rendemen yang dihasilkan pun belum sesuai dengan  kriteria mutu nilam. Akibatnya petani tradisional  hanya menjual sendiri hasil penyulingannya dengan harga yang rendah. Hal ini sangat penting diperhatikan, integrasi agroindustri sekali lagi sangat dibutuhkan dalam menangani permasalahan ini.

Teknologi pengolahan dalam masyarakat Indonesia boleh dibilang masih rendah mutu. Selain belum tersedianya mesin yang produktif dan terjangkau, sistem manajemen dan pengetahuan petani nilam yang masih sangat rendah. Hal ini tentu menjadi penghambat produsen nilam dalam memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat. Peningkatan pemintaan harus diiringi dengan peningkatan produksi nilam dalam negri. Usaha optimasi produksi sangat berperan disini. Optimasi produksi dapat dilakukan dengan pengolahan pasca panen yang mengutamakan kualitas produk dan produksi bersih sehingga produktifitas lebih tinggi dan disertai dengan tingginya mutu minyak nilam yang dihasilkan.

Guna menghadapi persaingan produksi minyak nilam di Indonesia, diperlukan efisiensi dalam budidaya tanaman nilam. Perbaikan teknik budidaya serta adopsi teknologi tepat guna dalam pengolahan minyak nilam merupakan salah satu solusi dalam peningkatan produksi minyak nilam. Pemilihan teknologi tepat guna harus memperhatikan hal-hal berikut:
Ø  Pemilihan teknologi harus sesuai dengan kebutuhan kualitas dan kebutuhan pengolahan, dalam hal ini pertimbangan pemilihan teknologi harus memadukan kompleksitas teknologi dengan biaya yang dibutuhkan,
Ø  Pemilihan teknologi harus juga mempertimbangkan kapasitas produksi yang digunakan. Kapasitas yang digunakan harus sesuai dengan kontinuitas bahan baku,
Ø  Kapasitas manajemen penting diketahui sebelum dilakukan pemilihan teknologi. Karena dengan pemilihan teknologi yang canggih harus seimbang dengan kapasitas manajemen yang memadai.

Adanya solusi penyalesaian masalah di atas diharapkan mampu mendongkrak peningkatan produksi minyak atsiri dari nilam, sehingga permintaan pasar dapat tepenuhi. Dengan begitu, potensi minyak nilam dapat pula mengembangkan agroindustri Indonesia yang memiliki prospek cemerlang. Pasar minyak nilam seyogyanya tidak hanya difokuskan pada pasar ekspor, perlu dibentuk industry hilir dalam negri yang mampu mengolah minyak nilam menjadi produk jadi, untuk memperoleh added value yang signifikan.

Menuju CSS yang Dahsyat



Mendefinisikan dari literatur,
Organisasi sebagai alat dalam arti abstrak untuk merealisir apa yang menjadi keputusan starategik yang ditetapkan, maka mau tidak mau harus mengikuti atas perubahan lingkungan yang digerakkan oleh kekuatan kepemimpinan , oleh karena itu, organisasi sebagai alat dimanifestasikan terutama dalam hubungan dua faktor yang disebut dengan fleksibilitas disatu sisi dan disisi lain adalah dapat tidaknya dikontrol.

Berorganisasi dengan seseorang yang apatis dan tak peduli keadaan rekan kerjanya adalah hal yang sangat menjengkelkan. Terutama dalam organisasi yang berbasis kekeluargaan. Pentingnya sinkronisasi visi dan misi terutama bagi pimpinan oranisasi teramat penting. Jika bagian atasan sulit mengkoordinasikan satu sama lain, maka kerekatan organisasi kian lama akan memudar.

CSS MoRA IPB, merupakan organisasi yang saya tekuni dan bergelut tiap hari disana.
Diantara yang lain (CSS MoRA/Community of Santri Schoolars of Ministry of Religious Affairs), CSS IPB dipandang memiliki kapabilitas yang lebih unggul. iya, sangat benar. dari segi administrai yang teratur, solid3x (jargon Fateta pun udah bisa direbut, hhe..), dan kegiatan yang wuaah banget,  tak perlu dipungkiri dan tak diragukan lagi IPB emang Top grade...

Namun dalam setiap kelebihan, dipandang dari dalam rupanya CSS IPB sangat perlu pembenahan internal yang memerlukan dobrakan orang2 yang berani berkata dan bertindak nyata. tindakan apa yang sesuai keinginan CSS saya juga belum terlalu ngerti u_u

Sebut saja kakak SC (Streering Committe) kita, yang dikenal akrab bagi penjuru CSS IPB. itulah kak Lanof (Lalu Nova Setiawan CSS 2005). Sosok beliau yang mengharum di CSS rupanya masih belum bisa tergeser dari orang Nomor 1 di CSS MoRA sekalipun. Beliau sangat amat faham bagaimana CSS dilahirkan, dari merangkak, berdiri dan mulai berlari seperti sekarang. Upgrade semangat saja takan bisa membuat CSS berubah.
Karakter....
Difference...
Kepedulian...
Koordinasi...
What else???... hmmm dll
Inilah yang perlu di upgrade...
Well... Mari pelajari permasalahan yang ada....

Karakter....
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (http://koleksi-skripsi.blogspot.com/2008/07/teori-pembentukan-karakter.html).

Karakter seperti apa sebenarnya yang sebaiknya dimunculkan CSS??

Sebagai organisasi yang bebas biaya SPP, Living Cost, pokoknya Free semua dah... warga CSS MoRA rupanya banyak terlena dengan kenikmatan tersebut... Syukur...  apa arti Syukur sebenarnya?? maka dari saya pribadi, Puasa, Tahajud, Shodaqoh, Kerja lebih keras dan Menolong orang lain adalah adalah bentuk syukur yang paling tinggi (sekalipun belum teraplikasikan semua). 

Melihat fenomena yang ada di lingkungan CSS. rupa-rupanya, janji di atas materai pun mulai dikaburkan, (Pengabdian)... 
Lain lagi, Style... Gaya... Seorang santri seyogyanya banyak memberi warna pad sekitarnya. Sederhana, yah bersikap sederhana sangat penting diperlihatkan (bukan untuk riya'). Nah... rupa-rupanya lagi, warga CSS sudah banyak mengubah style santri jadi Santri gahool (red; gaul) yang gak gaptek, bawa2 teknologi yang canggih kmana2. Tak menyalahkan bahkan tak melarang, saya pribadi memikirkan, kita makan uang living cost, SPP,dll yang sangat tinggi (uang rakyat yang diperjuangkan dari pesantren). Namun seolah hasanah pesantren tersebut hilang dengan cara kita. Lalu apa yang ingin dimunculkan dari kata "Santri" yang tiap hari kita sandang???... bulshit kalo ada yang bilang "Saya bukan santri"  padahal dia CSS. Karena kita Santri maka kita dapat makan bangku PTN favorit  yang bagi saya sulit ditembus... Karena kita Santri maka kita bsa menikmati living cost yang kadar viskositasnya udah kayak air itu (red; lancar). 
Maka, karakter seperti apa yang harusnya dimunculkan CSS??

Kenikmatan yang slalu kita terima itulah yang wajib" kita tanyakan pada diri masing2... Kebudayaan yang Hanya Mau menerima "Enaknya saja" itulah yang kian menjalar ditubuh individu yang tak care dengan keadaan CSS. Kebudayaan seperti itu semakin mewabah, yang ditandai dengan orang2 yang suka "Mengkritik kegiaiatan CSS, TANPA Mau Bertindak Nyata.. Wong kumpul saja ndak mau... LALU... Apakah dengan cara Ngeroweng begitu saja akan merubah keadaan CSS. Tentu Tidak. 

Peraturan setegas apapun rupanya belum efektif jalannya.... Lalu harus seperti apa baiknya??
Apa yang baik dan seharusnya menjadi baik sebenarnya mereka sudah tau. tapi malas saja bertindak. yah itulah yang dianggap orang2 "Bervirus" yang akan terus menularkan wabah penyakitnya ke yang lain. SADAR, Ayooo Sadari dari sekarang.. BERBENAH, Ayooo sama2 saling memahami kekurangan masing2, sama2 membenahi organisasi yang membesarkan diri kita.... Itu yang ingin Diwujudkan.... [To be continued..]

NB; Tulisan ini adalah Opini Pribadi Penulis yang juga mengingatkan pada diri sendiri ~Fazanur ^___^