Sore
menjelang petang setelah siap dengan perbekalan secukupnya, kami berangkat
dengan menumpangi angkot 3 kali. Sesampainya di Pesantren Mina 90 adzan maghrib
tepat dikumandangkan. Kami (tim pengabdian) terbiasa berangkat menuju ponpes
ini hampir setiap minggunya, ya pada hari jum’at setelah kesibukan di kampus
usai. Setelah sampai di mina 90, kami menuju ruang kelas yang cukup untuk
ditiduri 10-15 orang di malam harinya. Shalat maghrib dilanjutkan mengaji
qur’an lalu sholat isya berjamaah, makan malam, kemudian disambung lagi dengan
mengaji kitab kuning. Begitulah keseharian santri mina 90 ini.
Santri
di ponpes ini masih sedikit ada 17 santri putra yang menetap. Mereka kebanyakan
dari kalangan menengah bawah. Santri-santri tersebut yah kira-kira masih
SMP-lah. Luar biasanya adalah satu anak semangat mereka sudah mewakili 10 anak
di luar sana. Bagaimana tidak, kegiatan di pesantren yang begitu padat, dengan
pendidikan yang non formal mereka ditempa untuk menjadi santripreneur masa
depan.
Kesibukan
di malam hari hingga usai jam 22.00 WIB tampaknya tak sampai disitu. Tepat jam
04.00 WIB mereka sudah dibangunkan untuk beribadah qiyamul lail hingga sholat
shubuh. Ba’da shubuh para santri diwajibkan untuk mengaji kembali. Karna tidak
ada sekolah formal, para santri belajar ilmu umum hanya seputar matematika,
bahasa Indonesia, dan IPA saja. Dan itupun jika ada guru dari teman-teman mahasiswa
yang sempat mengabdi disana. Keesokan paginya jam 07.00 WIB seusai para santri
mengaji, mereka menyiapkan sarapan pagi sesuai jadwal piketnya. Sholat dhuha
hampir tidak ada yang meningggalkannya.
Udara
pagi dengan kesejukannya menyergap nafas yang sudah banyak dimasuki polusi
jalanan. Benar saja, pondok mina 90 ini berada di daerah dataran yang agak
tinggi dan asri. System pertanian yang belum teratur tapi sudah dibangun sejak
lama ini belum banyak dimanfaatkan warga pesantren. Ya, inilah tugas kami para
mahasiswa dengan membawa misi mengabdi membangun pesantren dan negeri. Kabar
baiknya adalah tim pengabdian kami lolos didanai DIKTI. Dalam pengabdian ini
kami berusaha untuk mengolah lahan kosong yang belum dimanfaatkan pesantren
sebagai lahan pertanian dan perikanan organik. Selain itu, dari segi pendidikan
kami membuka perpustakaan bagi santri pesantren.
Pesantren
yang memiliki potensi yang cukup besar ini masih memanfaatkan lahannya 20% dari
sekitar 1 hektar lahan yang dimiliki. Dengan kondisi tanah yang sangat subur,
pertanian organik khususnya untuk sayuran dan perikanan organik lele dan nila
menjadi tahap awal program budidaya pertanian dan perikanan yang kami
canangkan. Sampai saat ini tim PKM M sudah sampai pada tahap
pemanenan hasil pertanian organik.Tim pengabdian membuat grand desain kegiatan
sehingga diharapkan terdapat kesinambungan program yang utuh. Dengan misi utama
adalah menciptakan pesantren yang mandiri secara finansial yang mampu menjadi
pesantren agribisnis percontohan.
"Semangat
Mengabdi, Membangun Pesantren dan Negeri" ^-^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar