Senin, 29 April 2013

Skrip-sh*t or Skrip-sweet ???


Skrip-sh*t or Skrip-sweet

TINGKAT AKHIR…
Semesternya?, Galaunya?, Setreessnya?, atau ??

~ Pada episode kali ini, saya mau curhat ya pemirsaaah.
Dulunya saya berfikir semester akhir (\tingkat akhir/) adalah waktu yang paling menyenangkan. Menyenangkan untuk bersantai, menyenangkan untuk ikut2 kompetisi, konferensi, dan la la la…
Ternyata dugaan saya membalik 1800. Keenakan jadi mahasiswa. Jujur saja saya bukan termasuk orang yang kejar target lulus cepat, lulus tepat, dan lulus mantap. Saya pengen menikmati masa2 mahasiswa saya yang lezatnya bukan main, kuliah gratis, makan gratis, hidup dibiayai uang rakyat (ahhh).
Eh, ternyata saya dibangunkan dari hayalan semu saya, bahwa saya adalah ‘mahasiswa beasiswa’ yang hidupnya tergantung uang rakyat itu. Saya dibangunkan dari hayalan semu saya dari mimpi indah kuliah ini. Ternyata di balik kesemuan hayalan itu, saya sedang dikejar2 kontrak kuliah yang musti lulus sebelum semester 9. Uang rakyat brooo, penelitianmu sudah sampai mana, ha??
Emhh… sudah jatuh tempo. Kuliahku yang dulunya ku damba2kan semenjak SMA sudah hampir berakhir. Tak terasaa…  :’(
IPB ternyata mensyaratkan subsidi silang untuk mahasiswa beasiswa. Lewat dari kontrak, 9 juta per semester harus dipenuhi sendiri. Nah loh, kalo kayak gini, uang dari mana yang musti ku cari??. Orang tua saja susah payah mebiayai 3 orang adikku yang masih sekolah. Sadarku ternyata telambat, aku terlalu terbuai dengan kenikmatan beasiswa, dengan menutup mata kemungkinan di tingkat akhirku..
Hiks, menyesaal rek…
Penelitian bagi mahasiswa yang terlibat kontrak beasiswa seperti aku sebaiknya gak usah lah ya “cari2 masalah”. Masalah ; skripsi yang rumit meskipun bagus, keren, n manfaat. Seharusnya aku cari topik skripsi yang tak perlu waktu lama sudah rampung, biar target lulus segera tercapai. Nah, kan beasiswa gak penting penelitiannya bagus, yang penting lulus cepat biar kau gak susah, gitu kan, kan begitu??
Ternyata bagi penyandang beasiswa harusnya tak menyampingkan hal ini. Tapi kenapa harus begitu ya, padahal IPB di 2 semester awal belum masuk jurusan, masih mendalami ilmu dasar, padahal IPB terkenal dengan lulusan yang lambat lulusnya (di beberapa jurusan). Yah, gak perlu ditanya lah itu. Itu nasibmu… L
Kenapa ya, kita2 yang dapat beasiswa tak dilatih untuk membuat skripsi yang benar2 full manfaat bagi target sasaran pengabdian?? Kenapa ya, kita gak dibekali hasanah mengabdi semenjak awal semester dengan efektif?? Kenapa ya, kok penempatan pengabdian tuh kurang sesuai sama keinginan kita?? Kok sampai sekarang masih belum jelas juga tentang pengabdian tuh??
Nah kalo kita nanya2 mulu kayak gitu masalah gak akan berakhir kan!!. Adanya sudah begini. Kalo gitu kita berfikir dari sisi positifnya saja lah ya… :D

Sebagai kader yang disiapkan untuk membangun negeri dengan mengabdi, kita musti tau diri lah ya. Sudah dikasih beasiswa kok ya saenake udele dewe. Dari awal semester tuh ya kita udah musti sematkan pada hati masing-masing kalo kita kuliah gak lebih dari harapan penyandang dana biar kita bisa bangun negri ini bro, biar pun kita gak dilatih bgt buat itu, kita pasti nanti bakal ngabdi pasca kuliah. Nah, kita musti siapin amunisi tuh buat menghadapi perjuangan yang sebenernya. Namanya ngabdi demi kemajuan, ya harus ada yang kita perjuangin ya !, harus ada yang kita korbanin ya !, harus ada niat dan kemauan lah ya !. InsyaAllah nanti akan berkah… ^o^
Sharing dengan kakak kelas adalah cara yang baik untuk dilakukan sedini mungkin, gimana hambatannya, gimana solusinya, gimana dan gimana caranya buat bisa lebih baik deh…
Selanjutnya menurut saya, siapkan skripsi kita buat masyarakat yang kita tuju. Nah, kita bisa ngelatih itu sejak awal-awal semester dengan ikut2 gabung di organisasi biar gak kolot, kompetisi2 karya ilmiah, essay, artikel, PKM, bahkan business plan agar kita bisa ngerancang semua dengan baik. Bukan kah ‘seseorang yang gagal merencanakan, maka seseorang itu akan merencanakan kegagalannya??’. Lumayan kan, bisa dapet pengalaman berharga, dapet ide2 baru, dapet hadiah (kalo menang hehe).
Eh, Bukan berarti dengan mengikuti hal-hal non akademik itu sahabat sekalian malah melupakan belajar ya. Menurut saya, aplikasi dari pelajaran itu jangan hanya dilampiaskan lewat tugas doang deh, sahabat sekalian sedikit dapat maknanya. Tapi dengan mengikuti kegiatan non akademik itu, hasanah keilmuan sahabat akan semakin cetaaar membahana apalagi bisa nemu inovasi yang cucok dan full manfaat…
Yang membuat jelas segalanya adalah kita sendiri. Kalau sampai saat ini kita masih aja mempermasalahkan masalah yang begitu bermasalah, tak akan pernah ada solusi yang akan kita temukan.
Semangat dan Sukses untuk kita semua, mohon koreksinya kalau ada salah2 kata ya… 8^-^8

Ber-Bagi-Beasiswa



BEASISWA…



Siapa yang hendak menolaknya?? Banyak diantara kita yang berjuang mati-matian untuk mendapat beasiswa, sebut saja beasiswa di perguruan tinggi. Perguruan tinggi looo.. untuk orang yag hidupnya berkecukupan seperti saya maka beasiswa merupakan idaman yang menggantung semenjak menginjakan kaki sebagai anak SMA.

Dibalik keinginan menimba ilmu secara gratis-tis tersebut kita sebaiknya menengok terlebih dahulu apa tujuan kita kuliah? Sesuaikah dengan persyaratan beasiswa. Jika ya, tentu apa lagi yang diragukan. Itu akan sangat menguntungkan. Tapi jika tidak, lebih baik anda mencari beasiswa yang bebas kontrak pasca lulus. Kalau tak begitu, cepat atau lambat anda akan menyesali nasib anda.

Umumnya beasiswa dari Negara, mensyaratkan peserta beasiswa untuk bisa mengabdi di masyarakat. Nah, umumnya penempatan pengabdian ditentukan oleh pihak yang berwenang alias pemegang kekuasaan atas beasiswa anda. Maka perlu anda pikirkan sebelum memilih terjun di jalur beasiswa. Perjuangan dapat “makan” bangku kuliah gratis yang teramat ketat belum seberapa dibanding perjuangan anda pasca lulus nanti.
Karna mengabdi adalah syarat mutlak yang harus anda jalani pasca lulus nanti, maka tak masalah bagi anda yang punya jiwa itu.

Mahasiswa non beasiswa hendaknya juga miliki keinginan untuk mengabdi di tengah masyarakat. Bedanya, kalau mahasiswa yang hidup mati kuliahnya tergantung oleh beasiswa, maka pengabdian merupakan hal wajib menyatu dalam dirinya.
Bagaimana jika anda ingin kuliah gratis saja tapi keinginan kuat anda adalah sebagai pegawai (alias bekerja)?? Jawaban yang paling simple adalah jangan pilih beasiswa berkontrak. Nah, tapi kalau sudah terlanjur, maka apa yang harus anda lakukan?

Mengabdi umumnya diwajibkan selama 3 tahun “Pertama” pasca lulus (fresh graduate). Jika sudah terlanjur masuk di beasiswa dengan kontrak ngabdi maka keinginan anda untuk bekerja demi suatu perusahaan singkirkan sajalah ya..  eits, tapi kan nasib suatu kaum dapat dirubah oleh kaum itu sendiri. Intinya gak semuanya dan tak selamanya beasiswa itu jalan yang buruk bagi anda.




Sejak semester awal anda harus atur strategi sedemikian rupa sehingga anda tak perlu lagi bekerja, tapi anda yang akan menciptakan kerja. Untuk mendapat posisi itu, tentu anda harus memutar otak untuk meluangkan banyak waktu anda untuk mencicipi organisasi untuk belajar cara berdiplomasi dan lobying, kewirausahaan untuk membangkitkan jiwa entrepreneur, juga karya tulis dan bisnis plan untuk membantu mengukir ide yang brilian. Dan lain-lainnya akan anda sadari sendiri ketika keinginan anda semakin melekat kuat. Trust it, J 
ini saran bagi saya juga sodara, jadi sama2 belajar lah… hehe

* Mari belajar mengabdi sedini mungkin. Semangat Mengabdi, Membangun Negeri. :D

Minggu, 28 April 2013

Ya Ilahi...


Rabb…
Begitu hinanya diri ini,
Nikmat-nikmatMu yang banyak q dustakan, q siakan dan trabaikan
Untuk syukur pun enggan…

Ya Allah…
Q bisu, tuli, buta dan tak tau cara mengetuk pintu menuju hidayahMu…
Hati ini terbutakan oleh dunia….

Ilahi….
Engkau teramat sangat pemurah,
Engkau kirimkan orang-orang yang slalu mendukungq,
Sahabat-sahabat yang luar biasa….
Bahkan ibu yang slalu q pintai doa
Dan ayah yang slalu q banggakan meski tak bisa q temukan lagi jasadnya
Tapi hati tetap saja….
Debu dosa ini menjadi jubah kebanggaan yang belum q sadari…..
Tangis…..
Rasanya sia-sia….
  
Rabb… terlalu banyak inhibitor jiwa,
Namun “substrat” tak mampu mendekatinya…
Karena enzim jiwa ini rasanya terpengaruh oleh inhibitor yang “non kompetitif”
Itulah nafsu….
Mengalahkan “substrat” semangat dengan merubah morfologi enzim jiwaq

Harapku…
Kalaulah inhibitor ini mampu ku rubah sebagai inhibitor kompetitif…
Setidaknya q hanya perlu meningkatkan konsentrasi substratnya
Maka Ya Tuhanq…
Kuatkan hati ini agar mampu mengalahkan inhibitor-inhibitor itu….

Ya Mujibassailiin….
Baligh ma qoshidana ila Shirathikal Mustaqim…

Ya Allah…
Guide my step n don’t let me go astray
Cause, You’re The Only One that Showed me my way…. n_n