Sabtu, 20 Oktober 2012

Belajar dari Pabrik Gula Wonolangan =D




Identifikasi Masalah 

Persediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang berupa tebu merupakan faktor penting dalam menjaga keberlangsungan proses produksi di pabrik gula. Pasokan tebu PG Wonolangan sangat bergantung pasokan dari petani, mengingat luas areal lahan tebu milik PG sangat minim. Namun selama ini kendala ini tidak menjadi masalah yang besar karena banyaknya petani yang mau mengirimkan pasokan tebunya ke PG Wonolangan yang tersebar di beberapa daerah yaitu di sekitar Probolinggo, Randu Agung, dan Lumajang. Hal yang sulit dikendalikan dalam persedian bahan baku adalah melimpahnya bahan baku saat sebelum hari raya serta menipisnya pasokan bahan baku setelah hari raya yakni mendekati akhir giling. Melimpahnya bahan baku sebelum hari raya terjadi karena kebanyakan petani yang ingin menggiling tebunya untuk memperoleh uang untuk hari raya. Karena pada waktu hari raya PG berhenti giling selama satu minggu. Sehingga hal ini mengakibatkan kurang efektifnya proses produksi, karena banyaknya tebu tidak dapat memenuhi kapasitas giling yang mengakibatkan terjadinya penundaan yang cukup lama yang memicu terjadinya inversi pada tebu. Menipisnya pasokan tebu setelah hari raya dapat mengancam keberlangsungan proses produksi gula di PG. Adanya berhenti giling akan memicu meningkatnya biaya produksi. Sehingga hal ini sangat dihindari sampai akhir masa giling. Hal yang dilakukan untuk meningkatkan minat petani dalam mengirimkan pasokan tebu ke PG Wonolangan yaitu dengan cara meningkatkan nilai rendemen petani.
Selain kendala tersebut, pabrik gula Wonolangan masih kesulitan dalam hal meningkatkan potensi rendemen milik petani. Beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya:
§ Sulitnya membina petani untuk menanam varietas tebu yang unggul, karena selama ini petani merasa puas dengan tebu yang ditanam sendiri,
§ Perbedaan maupun perubahan iklim dan cuaca,
§ Kadangkala varietas yang unggul kurang optimal di tanam di daerah tertentu karena struktur tanah yang berbeda
§ Penanganan pasca panen yang masih buruk.

Proses Produksi
Proses produksi akan sangat mempengaruhi seberapa efisien kinerja suatu pabrik. Beberapa kendala yang ditemui dalam proses produksi diantaranya:
§ Kontinuitas bahan baku (tebu) sangat mempengaruhi keajegan dalam proses produksi. Dalam pengamatan yang dilakukan, kurangnya tebu yang digiling dapat menambah jam berhenti yang pada akhirnya dapat meningkatkan biaya produksi.sementara banyaknya tebu yang digiling akan menghambat proses produksi karena tidak memenuhi penampungan nira yang mengakibatkan nira dapat meluber dan stasiun gilingan dihentikan sementara waktu
§ Kurang efektifnya kerja mesin, karena umur mesin yang sudah tua. Sehingga efisiensi produksi PG masih rendah
§ Kurangnya keteraturan penyediaan uap bekas untuk proses karena akan mempengaruhi efektifnya proses pemanasan, penguapan, maupun penguapan pada proses. Keadaan ini dapat diimbangi dengan menambahkan suplesi uap
§ Kurangnya persediaan kalori (panas) yang dihasilkan dari ketel pemanas. kekurangan karena bahan bakar yang digunakan (ampas) belum cukup memenuhi kebutuhan. Sehingga diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat meningkatkan biaya produksi yaitu berupa kayu.
§ Kurangnya tenaga kerja terdidik di pabrik gula sehingga semua pekerja kurang mengerti kegunaan dari standar - standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


Alternatif Solusi
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi tersebut, dapat ditangani dengan beberapa alternatif solusi yang ditawarkan sebagai berikut:
1.      Dalam hal persediaan bahan baku, untuk meningkatkan kualitas tebu yang diterima PG dari petani, maka diperlukan penyuluhan yang efektif yang mampu meningkatkan minat petani untuk meningkatkan potensi rendemennya. Pentingnya membentuk kelompok tani dan menjalin kemitraan yang mampu membina petani potensial yakni yang memiliki lahan yang cukup luas sangat diperlukan. Sehingga selain kebutuhan bahan baku tercukupi, juga rendemen yang dihasilkan lebih optimal.
2.      Melakukan peremajaan mesin, maintenance mesin produksi secara berkala oleh bagian instalasi, dan memberikan pendidikan kepada para karyawan sehingga dapat menurunkan loss yang dialami selama proses produksi.
3.      Melengkapi peralatan laboratorium dan menambah karyawan terdidik (laboran) sehingga semua uji yang dilakukan memberikan hasil yang lebih akurat. Serta juga menambah karyawan terdidik terutama mandor sehingga memahami betul bagian penting dalam pabrik
4.      Membentuk bidang QC (quality control) dari segi off farm dan on farm, sehingga dapat meningkatkan kualitas produksi serta gula yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk swasta maupun impor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar