Sabtu, 27 Oktober 2012

CSS BerTakbiir, Allahu Akbar :)

CSS Mengumandangkan takbiir... Allahu akbar3X walillahilhamdu...Sontak lalu lintas Bara dan sekitarnya riuh ramai dengan gema takbir para Mahasiswa Santri CSS MoRA IPB....


Malam penuh berkah,  Dalam rangka memperingati Hari Raya Idul Adha, malam 10 Dzulhijjah 1433 H, daerah Bara dan seisinya diguncang oleh GeMa takbir Mahasiswa Santri CSS MoRA IPB.  Start dari homebase CSS yang bertempat di Bara Tengah, ratusan peserta membanjiri jalan raya Bara dengan berbekalkan gendang marawis, galon, ecek2, serta obor bambu yang disiapkan panitia. dibuka oleh panitia dengan jargon CSS yang membakar semangat para peserta. langkah malu-malu mulai melewati rentetan warung yang berjajar di Bateng, Bara, dan rumah-rumah warga. Sontak penjual bakso dan orang2 di rentetan warung langsung ikut mengumandangkan takbir,... anak2 kecil langsung berhamburan  jingkrak2 sambil bertakbir dgn suara cempreng mengikuti langkah para peserta.
Oh Indahnyaaa.. :D, kata2 itu yang berulangkali dilontarkan... 
Menyusuri gang tikus di daerah Bara 4, beberapa kamera dari orang-orang luar (non CSS) tak segan-segan momen ini untuk mengabadikan lewat kamera bahkan video handphone. "Bangga dan suka banget pas temen2 yang lain ngliat aku dan temen CSS lagi bertakbir keliling" pernyataan oleh  Tami (CSS 48). Betapa tidak, takbir keliling merupakan kegiatan pelipur jiwa bagi temen2 yang tak sempat pulang ke kampung halaman untuk sekedar merayakan Ied. Adha dengan keluarga2 mereka.
Gema Takbir Keliling CSS MoRA IPB ini merupakan salah satu dari rangkaian acara KCB (Ketika CSS Berkurban). dibawah program kerja departemen Sosial Lingkungan dan merupakan salah satu program unggulan CSS MoRA IPB. Anshori CSS 48 yang merupakan ketua pelaksana Takbir Keliling ini sangat antusias dalam mempersiapkan acara. 
Tak terlihat raut muka lelah sehabis kami menyusuri rute takbir keliling ini. bahkan semua peserta sangat terhibur dan berjuta rasa senangnya. Terlihat sesaat setelah Takbir keliling usai semua peserta berjajar didepan warnet yang sedang tutup yang berdekatan dengan HB CSS. "Mulai lagiii yuuuk" seru peserta dari angkatan 48. 
##%@*tak dung tak dung tak dung", suara marawis berceloteh lagi diikuti takbir bersama, nyanyian khas marawis juga terus terlantunkan hingga mendekati pukul 21.00 WIB, acara takbir keliling ditutup oleh mas Adi Chandra Berampu CSS 47 yang juga ketua Dept. Sosling.
Tak cukup dengan takbir keliling saja, esok harinya acara KCB yang sebenarnya dimulai. CSS IPB berkurban, 3 ekor kambing yang disembelih dan dibagikan pada beberapa warga tak mampu yang berada di daerah lingkar kampus IPB. Malam harinya meupakan acara puncak KCB yang diadakan di RK. GMSK.
Nice......... Salam Hangat CSS MoRA IPB ^-^" 

Sabtu, 20 Oktober 2012

Belajar dari Pabrik Gula Wonolangan =D




Identifikasi Masalah 

Persediaan Bahan Baku
Bahan baku utama yang berupa tebu merupakan faktor penting dalam menjaga keberlangsungan proses produksi di pabrik gula. Pasokan tebu PG Wonolangan sangat bergantung pasokan dari petani, mengingat luas areal lahan tebu milik PG sangat minim. Namun selama ini kendala ini tidak menjadi masalah yang besar karena banyaknya petani yang mau mengirimkan pasokan tebunya ke PG Wonolangan yang tersebar di beberapa daerah yaitu di sekitar Probolinggo, Randu Agung, dan Lumajang. Hal yang sulit dikendalikan dalam persedian bahan baku adalah melimpahnya bahan baku saat sebelum hari raya serta menipisnya pasokan bahan baku setelah hari raya yakni mendekati akhir giling. Melimpahnya bahan baku sebelum hari raya terjadi karena kebanyakan petani yang ingin menggiling tebunya untuk memperoleh uang untuk hari raya. Karena pada waktu hari raya PG berhenti giling selama satu minggu. Sehingga hal ini mengakibatkan kurang efektifnya proses produksi, karena banyaknya tebu tidak dapat memenuhi kapasitas giling yang mengakibatkan terjadinya penundaan yang cukup lama yang memicu terjadinya inversi pada tebu. Menipisnya pasokan tebu setelah hari raya dapat mengancam keberlangsungan proses produksi gula di PG. Adanya berhenti giling akan memicu meningkatnya biaya produksi. Sehingga hal ini sangat dihindari sampai akhir masa giling. Hal yang dilakukan untuk meningkatkan minat petani dalam mengirimkan pasokan tebu ke PG Wonolangan yaitu dengan cara meningkatkan nilai rendemen petani.
Selain kendala tersebut, pabrik gula Wonolangan masih kesulitan dalam hal meningkatkan potensi rendemen milik petani. Beberapa hal yang mempengaruhi diantaranya:
§ Sulitnya membina petani untuk menanam varietas tebu yang unggul, karena selama ini petani merasa puas dengan tebu yang ditanam sendiri,
§ Perbedaan maupun perubahan iklim dan cuaca,
§ Kadangkala varietas yang unggul kurang optimal di tanam di daerah tertentu karena struktur tanah yang berbeda
§ Penanganan pasca panen yang masih buruk.

Proses Produksi
Proses produksi akan sangat mempengaruhi seberapa efisien kinerja suatu pabrik. Beberapa kendala yang ditemui dalam proses produksi diantaranya:
§ Kontinuitas bahan baku (tebu) sangat mempengaruhi keajegan dalam proses produksi. Dalam pengamatan yang dilakukan, kurangnya tebu yang digiling dapat menambah jam berhenti yang pada akhirnya dapat meningkatkan biaya produksi.sementara banyaknya tebu yang digiling akan menghambat proses produksi karena tidak memenuhi penampungan nira yang mengakibatkan nira dapat meluber dan stasiun gilingan dihentikan sementara waktu
§ Kurang efektifnya kerja mesin, karena umur mesin yang sudah tua. Sehingga efisiensi produksi PG masih rendah
§ Kurangnya keteraturan penyediaan uap bekas untuk proses karena akan mempengaruhi efektifnya proses pemanasan, penguapan, maupun penguapan pada proses. Keadaan ini dapat diimbangi dengan menambahkan suplesi uap
§ Kurangnya persediaan kalori (panas) yang dihasilkan dari ketel pemanas. kekurangan karena bahan bakar yang digunakan (ampas) belum cukup memenuhi kebutuhan. Sehingga diperlukan bahan bakar alternatif yang dapat meningkatkan biaya produksi yaitu berupa kayu.
§ Kurangnya tenaga kerja terdidik di pabrik gula sehingga semua pekerja kurang mengerti kegunaan dari standar - standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.


Alternatif Solusi
Dari beberapa masalah yang telah diidentifikasi tersebut, dapat ditangani dengan beberapa alternatif solusi yang ditawarkan sebagai berikut:
1.      Dalam hal persediaan bahan baku, untuk meningkatkan kualitas tebu yang diterima PG dari petani, maka diperlukan penyuluhan yang efektif yang mampu meningkatkan minat petani untuk meningkatkan potensi rendemennya. Pentingnya membentuk kelompok tani dan menjalin kemitraan yang mampu membina petani potensial yakni yang memiliki lahan yang cukup luas sangat diperlukan. Sehingga selain kebutuhan bahan baku tercukupi, juga rendemen yang dihasilkan lebih optimal.
2.      Melakukan peremajaan mesin, maintenance mesin produksi secara berkala oleh bagian instalasi, dan memberikan pendidikan kepada para karyawan sehingga dapat menurunkan loss yang dialami selama proses produksi.
3.      Melengkapi peralatan laboratorium dan menambah karyawan terdidik (laboran) sehingga semua uji yang dilakukan memberikan hasil yang lebih akurat. Serta juga menambah karyawan terdidik terutama mandor sehingga memahami betul bagian penting dalam pabrik
4.      Membentuk bidang QC (quality control) dari segi off farm dan on farm, sehingga dapat meningkatkan kualitas produksi serta gula yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk swasta maupun impor

Menghitung Efisiensi PG Wonolangan Probolinggo

  • Formula Hitungan Efisiensi Produksi 
Metode ISSCT (International Society of Sugar Cane Technologists)
§  Mill Extraction (ME)                    =  Ton Pol Nira Mentah    x 100%
                                                             Ton Pol Tebu

§  Boiling House Recovery (BHR) =      Ton Pol GKP           x 100%
                                                      Ton Pol Nira Mentah

§  Overall Recovery (OR)                 = ME  x  BHR  x  100%

Efisiensi Produksi          
            Efisiensi Produksi adalah kemampuan menghasilkan output pada suatu tingkat kualitas tertentu dengan biaya yang lebih rendah. Menurut P3GI (1997), salah satu langkah yang perlu ditempuh dalam pembangunan industri gula adalah melalui peningkatan efisiensi pabrik gula. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya efisiensi pabrik gula adalah : (1) pabrik yang sudah tua, (2) hari giling yang belum optimal, (3) kapasitas giling yang kurang dari 2.000 ton tebu per hari dan (4) jam berhenti giling yang tinggi. Sementara menurut Sekretariat Dewan Gula Indonesia (2001), kendala utama yang dihadapi pabrik gula saat ini adalah : (1) rendahnya kualitas bahan baku, (2) rendahnya kapasitas sebagian pabrik serta rendahnya efisiensi pabrik (tingginya jam berhenti dan (3) tingginya biaya produksi
            Menurut P3GI (1997), terdapat lima kriteria pokok yang dapat dijadikan pedoman awal untuk menentukan tidak efisiennya suatu pabrik gula, yaitu :
1. Kesulitan memperoleh lahan.
2. Pengembangan lahan tebu mengarah ke lahan kering sehingga biaya angkut tebu meningkat.
3. Jumlah produksi gula kurang dari 250.000 kwintal per tahun, sehingga harga pokok per unit hasil
   masih mahal.
4. Mutu bahan baku belum optimal sehingga biaya produksi pabrik gula tidak efisien.
5. Kapasitas giling masih banyak yang dibawah 2000 ton tebu per hari.

Berdasarkan lima kriteria pokok tersebut terdapat indikasi bahwa efisiensi pabrik gula Indonesia masih rendah khususnya pabrik gula milik BUMN yang dapat disebabkan karena biaya produksi gula belum efisien (Sekretariat Dewan Gula Indonesia, 1997). Dari kelima kriteria tersebut PG Wonolangan temasuk dalam pabrik gula yang belum cukup memenuhi kriteria efisien. Selain dengan kriteria tersebut, efisiensi produksi dapat diketahui dengan melakukan perhitungan efisiensi pabrik.

Dalam proses ekstraksi dan kristalisasi sukrosa di PG yang kemudian menghasilkan gula pasir dibutuhkan
suatu parameter yang bisa dijadikan ukuran apakah proses tersebut sudah berjalan dengan baik atau belum. Secara keseluruhan ukuran yang digunakan disebut overall recovery (OR). OR ini mencerminkan efisiensi PG karena menggambarkan jumlah gula yang bisa diperoleh dari tebu. Overall recovery merupakan hasil kerja gabungan antara stasiun gilingan dengan stasiun pengolahan. Hasil kerja stasiun gilingan sebagaimana dijelaskan sebelumnya dinyatakan dalam mill extraction (ME), yang menggambarkan persentase gula yang berhasil dieks­traksi dalam nira mentah terhadap gula yang terkandung di dalam tebu. Hasil kerja stasiun pengolahan dinyatakan dalam boiling house recovery (BHR) yang mencerminkan persentase gula riil yang diperoleh terhadap gula yang berada dalam nira mentah.  Data pengawasan pabrik dipakai untuk mengetahui gambaran tentang jumlah gula yang masuk, yang dihasilkan, serta yang hilang dalam proses. Pada dasarnya terdapat dua macam metode perhitungan efisiensi pabrik, yaitu dengan metode jawa yang berdasarkan pada nilai brix, dan metode ISSCT (International Society of Sugar Cane Technologists) yang berdasarkan pada nilai pol.

Adapun perbedaan antara brix dan pol yaitu, brix diartikan sebagai zat padat terlarut, sedangkan pol merupakan sukrosa terlarut. Brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (dalam gr) setiap 100 gr larutan. Jadi misalnya brix nira = 16, artinya bahwa dari 100 gram nira, 16 gram merupakan zat padat terlarut dan 84 gram adalah air. Derajat pol atau pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter secara langsung. Jadi menurut pengertian ini jika pol nira = 15, berarti dalam 100 gram larutan nira terdapat gula 15 gram. Selebihnya 85 gram adalah air dan zat terlarut bukan gula. 
Dengan menggunakan metode ISSCT, perhitungan nilai efisiensi diperoleh dari data pengawasan pabrik pada periode ketiga masa giling (lampiran 3). Dari nilai tersebut diperoleh nilai ME sebesar 92,6%, BHR 78,73% dan OR sebesar 72,9% pada data sampai dengan periode ketiga 2012. Nilai ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, 2011, dimana diperoleh nilai ME 92,2%, BHR 76,43%, dan OR 70,46%. Artinya efisiensi PG Wonolangan mengalami peningkatan. Namun dipandang dari nilai standar yang ada (pada tabel), nilai efisiensi PG wonolangan masih berada di bawah nilai efisiensi normal.

Kehilangan gula dapat diketahui dari neraca pol pada data pengawasan pabrik. Sebelum dilakukan upaya menekan kehilangan gula di pabrik, maka perlu diketahui terlebih dahulu pos-pos kehilangan yang mungkin terjadi di pabrik. Secara garis besar terdapat 3 katagori kehilangan gula, yaitu : (1) Kehilangan diketahui, (2) Kehilangan tak diketahui dan (3) Kehilangan tersembunyi. Kehilangan diketahui adalah kehilangan gula yang terjadi dalam proses pabrikasi, yang jumlahnya diketahui karena terukur. Sebagai contoh: kehilangan dalam ampas, blotong dan tetes. Kehilangan dalam tetes merupakan kehilangan terbesar dalam proses pembuatan gula, namun sebagian gula yang hilang masih dapat dikembalikan melalui nilai jual tetes. Kehilangan gula dalam ampas merupakan kehilangan besar kedua karena jumlahnya (bobot ampas) besar, yaitu ampas % tebu sekitar 30-40 %. Kehilangan tak diketahui adalah kehilangan yang jumlahnya tak terukur walaupun penyebabnya diketahui. Menurut penyebabnya, kehilangan tak diketahui dibedakan menjadi : (1) Kehilangan mekanis yaitu kehilangan yang terjadi karena, secara fisik gula keluar dari sistem proses pabrikasi, misalnya karena tumpah/luber, percikan dan lain-lain. (2) Kehilangan khemis yaitu karena, sukrosa berubah menjadi senyawa lain akibat hidrolisis atau dekomposisi. (3) Kehilangan semu, bukan kehilangan sebenarnya, namun terjadi karena kesalahan dalam penimbangan , analisis atau estimasi produk antara. Kehilangan tersembunyi lebih banyak terjadi di sektor tebang angkut, misalnya: penebangan tebu yang belum masak, kerusakan tebu (cane deterioration), inversi dan lain-lain. Kehilangan ini jarang diperhitungkan orang, namun menurut beberapa hasil penelitian angkanya berkisar antara 10-25 % sukrosa yang tersedia dalam batang tebu.

Derajat polarisasi atau pol adalah jumlah gula (dalam gram) yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari pengukuran dengan menggunakan polarimeter secara langsung. Dengan menggunakan neraca pol maka kehilangan gula selama proses dapat diketahui melalui pengurangan antara pol dalam nira mentah dengan jumlah dari pol dalam blotong, tetes, hasil gula+sisan, dan jumlah pol perkiraaan. Dari data pengawasan pabrik mengenai neraca pol (terlapir), diketahui jumlah kehilangan gula yang diketahui selama proses  pada periode ketiga masa giling sebesar 33,8 ton pol. Untuk mengkonversi dari ton pol ke satuan ton maka nilai tersebut dikalikan dengan nilai Boiling House Recovery (BHR) dari periode tersebut yaitu sebesar 84,2% sehingga ton gula yang hilang dalam proses sebanyak 28,46 ton (per 15 hari). Kehilangan ini sekitar 1,49% dari gula SHS yang dihasilkan.

Terdapat dua hal yang sangat mempengaruhi efisiensi produksi pabrik tebu yang sangat berkaitan dengan rendemen, yaitu pertama adalah tergantung pada mutu budidaya pasca panen, dan kedua tergantung pada kinerja pabrik (Prawirosemadi, 2011). Sehingga untuk menekan nilai kehilangan pada pabrik gula serta meningkatkan nilai efisiensi produksinya, maka diperlukan peningkatan pada aspek
on farm serta off farm dari produksi gula. Pada aspek pasca panen sangat dipengaruhi oleh baik buruknya perlakuan tebang tebu, penundaan giling, hingga kandungan kotoran dalam tebu. Kotoran dalam tebu selain mempengaruhi rendemen tebu, juga dapat berpengaruh pada keadaan mesin serta efisiensinya. Semakin tinggi kadar kotoran tebu, maka rendemen semakin rendah serta proses produksi kurang maksimal, dan mengakibatkan pada berkurangnya efisiensi produksi. Kinerja pabrik juga mempengaruhi pada tingkat efisiensi produksi. Misalnya keadaan mesin yang terlalu tua akan menurunkan kualitas produksi yang dapat menurunkan efisiensinya. Peningkatan kapasitas giling dengan memperhatikan keadaan mesin juga sangat diperlukan dalam meningkatkan efisiensi pabrik. 

Jumat, 19 Oktober 2012

Sayang seribu sayang #*%$@#

Aku pernah terjebak lagi di lubang yang sama
bodoh, itulah sebutannya,
Tapi mungkin ini juga pelajaran...
dia mengajarkanku tentang arti tegas sebenarnya, sampai aku tau apa itu profesional dalam berorganisasi.
Tapi miris, dia juga yang membuatku masuk dalam kebusukannya...
Tak hanya memaksa, rayuan dan rintihan yang ia tawarankan untuk masuk dalam duniaku dan mengenalku kian dekat dengan membawa label organisasi....
Pacar???
Itu juga yang dia pernah tawarankan untuk lebih banyak merenggut semua dariku...
dengan sadar dan seribu macam alasan, ku tampis mentah2...
Benar saja,
dia mulai berbeda, tak punya lagi perasaan memahami, sampai buat aku siksa akan tanggungjawab yang belum sempat terlepas di organisasi...
Lagi-lagi organisasi, inilah yang mengajariku apa arti tanggungjawab sebenarnya, hingga kian lama ku mengerti makna orang lebih dalam...
Makna orang yang ingin (dengan sadar atau tidak) Pelan2 merenggut semua Prinsipku...
Maaf saja, anda memang berduit, anda memang slalu ingin dihargai dengan kewibawaan anda,
Tapi sayang, seribu sayang, sama sekali anda tak memahami arti agama dalam hal memahami kedekatan dengan wanita,,,
Sayang seribu sayang anda mengajari saya kebusukan anda sendiri...
dan sayang seribu sayang,....
Kini ucapan anda tak ubahnya bagaikan kicauan burung yang berlalu begitu saja...
Cukup, cukup sudah saya masuk sebentar untuk bertamu di kehidupan anda,
hanya untuk meniggalkan pesan,
Pesan yang smoga anda slalu mengingatnya. dan untuk memahaminya...
Bahwa saya bukan wanita buruk yang anda samakan  dengan yang lain,
Memaknai pacaran dengan saling sentuh atau yang sama halnya dengan zina dalam apapun bentuknya...
Selebihnya hanyalah do'a....
smoga kita menjadi jauh lebih baik dalam memaknai arti syukur...
Syukur untuk memendam rasa bahkan nafsu untuk ini,
Syukur untuk menanti suatu saat di kemudian hari,
yang lebih indah,
Bertemu dengan orang yang benar2 untuk kita...
=D