Sabtu, 05 Oktober 2013

KOPI TABRAK



Ditemani panasnya siang hari di bogor lalu pas tepat pukul 15.00 WIB aku mulai bersiap-siap. Tapi tiba-tiba hujan lebat melanda sekitar pukul 15.30 WIB. Well, kita berangkat, Gunanya buat nyari mangsa buat ngicip kopi hasil penelitian kita yang cettar badai menggelora *beuuuuuh -_-.
Setelah naik angkot Kampus dalam menuju terminal bus Trans-pakuan lalu terkena serangan macet yang mengular merayap di daerah jalan baru. Akhirnya perjuangan basah kuyup dengan hantaman hujan berakhir setelah di daerah Jln. Bangbarung Bogor. Perjalanku kali ini menuju kafe ranin coffee (semacam warkop modern lah) bareng sama temen senasib, sepenanggungan, juga sepenelitian. Sebut saja namanya Lis* (oke sensor, takut gak diizinin haha).

Okedeh gak usah basa-basi mari langsung pada Main topic. Perjuangan selama 7 bulan penelitian kopi ini nampaknya meninggalkan secercah harapan yang semakin blur. 3 hari lalu kami sudah menjenguk tempat ini, sebenernya sih cuma cari info bisa bantu roasting dan cupping kopi kita atau tidak, hanya itu!!. Tapi apa yang terjadi sodara, hal-hal diluar dugaan terjadi. Kita disuguhi 2 cangkir kopi, beuh meski gak ngerti banyak tentang kopi, untung aja bisa ngebedain kopi Arabica dan robusta. Brrr… maklumlah kami bukan coffee maniac, jadi disuruh minum kopi gratis berasa dicekokin jamu. Phew banget kan!!

Sore tadi kita datang lagi tapi ditemenin dosen pembimbing yang selama ini membimbing kami dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang, seterang warna kopi habis di- dark roasting (*ups). Setelah itu saya sebagai mahasiswa yang masih ingusan hanya mendengarkan para leluhur yang sudah best of the best tentang masalah kopi. Kami duduk ber-6 diantaranya aku, lis*, bu dosen, pemilik ranin coffee, barista/panelis ahli bersertifikat internasional, satu lagi pengusaha kopi luwak dari Bengkulu. Sungguh pembicaraan tadi sangat berbobot hingga meninggalkan beban mendalam dalam relung hatiku (pheeew). Beliau-beliau mulai berdakwah banyak tentang kopi yang sungguh maha istimewa, maha cettarr banget. Kita duduk dengan posisi melingkar seperti halnya kegiatan Liqo’ di kampus (huehee kebayang kan??!). Saya merasa seperti mahasiswa baru yang sangat beruntung bertemu orang-orang ahli kopi hebat.

Tibalah saat-saat yang mendebarkan, saat isi tabung Tupperware dikeluarkan. Isinya adalah kopi yang kemaren kita teliti. Lantas ibu dosen memberikannya pada bapak barista internasional dan bertanya bagaimana dari aroma dan fisiknya. Bapak panelis ahli tersebut sontak mengendus kopi yang dibungkus plastik klip. WOW, apa reaksi beliau sodara???

“Hmmm, baunya lebih dominan pada asam asetat”, kata beliau. Aku pun berkicau dalam hati, “asetat?? Busuk maksudnya??”. Yah emang sih asem banget. Kemudian beliau melanjutkan terus berbicara panjang lebar tentang proses fermentasi kopi. Oh, aku jadi tau, betapa kopi mampu menghisap kondisi sekitar. Misal nih, kalo kamu lagi berkeringat alias badanmu lagi bau banget terus deket-deket sama biji kopi, yang bakal terjadi adalah biji kopi itu berubah jadi bau badanmu (hueeh` haha simpulin sendiri yah, intinya gitu dah). Lalu pelan-pelan bapak pengusaha kopi luwak mengupas bagian kulit tanduk kopi kami. “Lihat nih warnanya, bedakan dengan kopi luwak asli”, woow beliau bawa kopi yang bener-bener masih bentuk feses luwak lalu dikupas kulit tanduknya dan hasilnya MULUS dan baunya tidak semenyengat kopi kami. “Warnanya sudah gelap, biasanya kami gak mau ngicip kopi yang kondisinya cacat seperti itu”, sambung bapak panelis ahli. Beliau-beliau terus berbicara panjang lebar tinggi hingga memenuhi suatu ruangan volume Tupperware didepanku. Aku mulai kehilangan konsentrasi. Lalu kuseruput kopi panas yang disajikan gratis. Rasanya lebih enak dari yang kemaren sih meski masih kayak minum jamu.





Lalu aku tersadar dari lamunan. APA YANG SALAH??
Kemudian berbagai spekulasi bermunculan di otakku. Tuing, tuing, tuing… :p ***
Berharap menemukan pemecahan masalahnya, atau paling tidak aku jadi tau alasan kenapa kopi yang kami hasilkan masih kurang sesuai dengan harapan. Setidaknya buat pembahasan di skripsi. Okeh aku cuma mikir skripsi dulu dah yang penting lulusss, hasilnya gimanapun. 7 bulan penelitian yang mempertaruhkan jiwa dan raga cukup membuatku under-pressure be ge te!!.

Lalu aku berpikir fermentasinya pake kulit kopi yang memungkinkan proses pembusukan lebih cepat. Itulah kenapa aroma asetat yang lebih dominan keluar. Lalu mikir lagi, padahal sebelum pengeringan warna biji kopi masih putih mulus. Pengeringan yang kami gunakan harusnya pakai sinar matahari saja sampai kadar airnya 10-14%. Hedeeehhh malah kita ngeringin di blower yang panasnya mencapai 50oC selama hampir 3 hari. Itu yang merusak struktur biji kopi.

Intinya aku jadi banyak tau tentang kopi. Bersyukur banget deh bisa nongkrong di warkop keren ini. Beliau-beliau punya cita-cita besar buat ngembangin KOPI ASLI Indonesia yang di luar negeri termasuk barang yang istimewa (specialty) n juga mahal.

Pesan terakhir yang kuinget kayak gini nih:
Banyak orang berpikir (aku juga termasuk sih), bahwa kopi yang kita kenal adalah kopi instant yang gampang ngebuatnya atau bahkan tinggal minum. Praktis dan berkhasiat deh. Padahal!!, kita gak tau tuh proses fermentasinya, pengeringannya, penyangraiannya, penggilingannya bener ato kagak. Mereka (para produsen kopi), nge-roasting kopinya sampai menghilangkan citarasa kopi sebenarnya. Proses pengolahannya dijamin gak banget deh. Cara nutupin kecacatan kopi-kopi yang selama ini kita dewa-dewain itu ya dengan menambahkan creamer, gula, perasa, flavor. Tuh perhatiin deh pas kamu minum kopi instant apa yang terjadi pas kamu buang air kecil??. Berasa pengen minum air kencing kita gak??? *Eh maksudku ngerasa air kencing kita bau kopi kan yak? Nah itu gak bakalan terjadi kalo kita minum kopi yang bener. Bau kopi pada kencing itu tandanya zat-zat (dalam hal ini flavor) yang ditambahin di kopi-kopi instant gak bisa terurai sama tubuh kita yang akhirnya kebuang deh. Hehehe…

Ya, ya, ya… Jangan sampai kita tertipu dengan hantaman iklan yang mempromosikan kopi abal-abal. Harusnya kita mulai belajar lagi menikmati kopi asli Indonesia yang udah terkenal seantero galaksi bima sakti ini hehe. Gitu deh cerita hari ini…

Terimakasih sudah mampir ^^

Source : Tulisan pribadi di kompasiana
~>http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/10/05/filosofi-kopi-596047.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar