Kamis, 17 Oktober 2013

Ritual Syukur

Hari ini, tepatnya sekrang pukul 14.55WIB. Eh, aku paling suka duduk disini, sendiri, di teras lantai 3 gedung AGB. Melepas penat, menghela nafas sejenak. Entah mengapa akhir-akhir ini merasa pikiran kurang tenang, sedih, bersalah pada orang tua. Khususnya ummiy 

Ya, memang sesekali kuluangkan waktuku untuk menulis, ikut kompetisi. Berharap keberuntungan memihak padaku. Rutinnya, aku meluangkan waktu untuk mengajar bimble privat. Yah, lumayanlah buat tambahan bayar uang kos. 

Sesekali aku merenung. Oh Allah, aku merasa kekurangan. Puh, mengeluh lagi. Tapi tidak hanya diam sampai di keluhan saja. Sungguh, Allah menguji hambaNya sesuai dengan kemampuannya. Tentu masih banyak orang-orang di luar sana yang jauh lebih sulit. Aku, tentu masih sangat beruntung dengan segala yang sudah ku capai, kuperoleh saat ini. Sesuai namaku, FAIZAH :)

Alhamdulillah, nikmat Allah datang bertubi-tubi. Tak perlu banyak di dzohirnya. Tapi selalu cukup. Sudah +/- 1,5 tahun aku mengajar bimble privat ini, selama ini grade-ku masih B. Alhamdulillah mulai bulan ini sudah merangkak naik ke grade A. Ah Allah memang selalu mengajakku bermain dan belajar. Bermain dengan menguji kesabaran dari diri, dan belajar memahami makna usaha, doa, tawakkal, dan bersabar.

#Aku suka tempat ini, meski siang hari suasananya tak begitu panas. Formasi gedung berbentuk segitiga dengan taman di tengahnya membuat bagian ini menjadi nyaman dan rindang. Tempat nongkrong yang paling nyaman, senyap meski dekat dengan departemenku yang riuh dengan praktikum dan penelitian. Ah ya, bagian yang paling kusuka adalah ini, ujung pohon yang memberikan variasi warna yang cantik, Bunga kamboja merah muda yang elok menghiasai taman ini. Membayangkan keelokannya berubah menjadi bunga di jepang, Sakura. Aku suka, yah aku suka memejamkan mata disini, membayangkan ambisi masa depan itu, Jepang. Semogaa Ya Allah. Amiiin…

Kupejamkan mata sekali lagi sambil menghirup aroma kampus yang dulunya amat kudambakan, lalu ku tahan nafas sejenak, kuingat kembali kerja kerasku selama di pesantren dan di meja ujian beasiswa Kementrian Agama,  lalu  kunikmati lamat-lamat keajaiban besar ini. Hmmm.. Subhanallah indahnyaa... Menikmati hidangan syukur saat berada di sekitar kampus. Aku amat suka menghirup nikmat seperti itu, Ritual syukur kumenyebutnya. Bahkan sebelumnya sering kulakukan dimana pun, saat sedang butuh letupan semangat. Aroma kenikmatan yang ku hirup itu memang harumnya bervariasi. Harum makanan saat ku menjalani ritual itu di sekitar kantin kampus, atau bahkan harum aroma kelas yang sudah apek dan pengap setelah kuliah 2 jam di siang hari. Ah.. tentu bukan harum-harum itu yang nikmati, bahkan aku tak peduli aroma apa yang sebenarnya ku hirup. Aku hanya merasakan aroma syukur yang nikmatnya melebihi nikmat-nikmat yang selama ini kudapat.

Oh Ummiy, 2 bulan lagi faiz janji gak akan merepotkan ummiy lagi. Faiz  Janji !!!. Semoga ummiy selalu sehat dan diberi keberkahan rizki.
Jebreeet, Rizki memang gak akan kemana. Informasi yang belum ada kejelasan tentang perpanjangan beasiswaku di semester 9 itu akhirnya terjawab. Faiz sudah janji 2 bulan lagi tak akan meminta-minta ke ummiy. Tentu Allah yang punya rencana yang luarbiasa indah. 9juta tanggungan uang semester sudah fix ditanggung Kemenag, ditambah uang living cost hingga bulan desember. MasyaAllah indahnya rencanaMu.. Alhamdulillah… Alhamdulillah… Alhamdulillah…

Faiz kangen Abiy, gimana kabar abiy??? Semoga selalu baik dan tenang di alam sana ya biy. Faiz merasa ngecewain abiy. Ah pasti bangga sekali pas faiz diterima disini ya biy, meski abiy tak akan pernah datang memeluk faiz. Ah abiy, faiz kangeeen…  jangan khawatirkan faiz ya abiy, ini bagian dari proses penempaan. Anakmu ini selalu berdo’a buat abiy. Doakan biy, semoga faiz menjadi putrimu yang sholihah, biar do’a faiz selalu sampai untuk abiy. Semoga bertemu nanti di syurga Allah. Amiiin… Amiiin…  Amiiin…   

Sabtu, 05 Oktober 2013

KOPI TABRAK



Ditemani panasnya siang hari di bogor lalu pas tepat pukul 15.00 WIB aku mulai bersiap-siap. Tapi tiba-tiba hujan lebat melanda sekitar pukul 15.30 WIB. Well, kita berangkat, Gunanya buat nyari mangsa buat ngicip kopi hasil penelitian kita yang cettar badai menggelora *beuuuuuh -_-.
Setelah naik angkot Kampus dalam menuju terminal bus Trans-pakuan lalu terkena serangan macet yang mengular merayap di daerah jalan baru. Akhirnya perjuangan basah kuyup dengan hantaman hujan berakhir setelah di daerah Jln. Bangbarung Bogor. Perjalanku kali ini menuju kafe ranin coffee (semacam warkop modern lah) bareng sama temen senasib, sepenanggungan, juga sepenelitian. Sebut saja namanya Lis* (oke sensor, takut gak diizinin haha).

Okedeh gak usah basa-basi mari langsung pada Main topic. Perjuangan selama 7 bulan penelitian kopi ini nampaknya meninggalkan secercah harapan yang semakin blur. 3 hari lalu kami sudah menjenguk tempat ini, sebenernya sih cuma cari info bisa bantu roasting dan cupping kopi kita atau tidak, hanya itu!!. Tapi apa yang terjadi sodara, hal-hal diluar dugaan terjadi. Kita disuguhi 2 cangkir kopi, beuh meski gak ngerti banyak tentang kopi, untung aja bisa ngebedain kopi Arabica dan robusta. Brrr… maklumlah kami bukan coffee maniac, jadi disuruh minum kopi gratis berasa dicekokin jamu. Phew banget kan!!

Sore tadi kita datang lagi tapi ditemenin dosen pembimbing yang selama ini membimbing kami dari zaman jahiliyah menuju jalan yang terang benderang, seterang warna kopi habis di- dark roasting (*ups). Setelah itu saya sebagai mahasiswa yang masih ingusan hanya mendengarkan para leluhur yang sudah best of the best tentang masalah kopi. Kami duduk ber-6 diantaranya aku, lis*, bu dosen, pemilik ranin coffee, barista/panelis ahli bersertifikat internasional, satu lagi pengusaha kopi luwak dari Bengkulu. Sungguh pembicaraan tadi sangat berbobot hingga meninggalkan beban mendalam dalam relung hatiku (pheeew). Beliau-beliau mulai berdakwah banyak tentang kopi yang sungguh maha istimewa, maha cettarr banget. Kita duduk dengan posisi melingkar seperti halnya kegiatan Liqo’ di kampus (huehee kebayang kan??!). Saya merasa seperti mahasiswa baru yang sangat beruntung bertemu orang-orang ahli kopi hebat.

Tibalah saat-saat yang mendebarkan, saat isi tabung Tupperware dikeluarkan. Isinya adalah kopi yang kemaren kita teliti. Lantas ibu dosen memberikannya pada bapak barista internasional dan bertanya bagaimana dari aroma dan fisiknya. Bapak panelis ahli tersebut sontak mengendus kopi yang dibungkus plastik klip. WOW, apa reaksi beliau sodara???

“Hmmm, baunya lebih dominan pada asam asetat”, kata beliau. Aku pun berkicau dalam hati, “asetat?? Busuk maksudnya??”. Yah emang sih asem banget. Kemudian beliau melanjutkan terus berbicara panjang lebar tentang proses fermentasi kopi. Oh, aku jadi tau, betapa kopi mampu menghisap kondisi sekitar. Misal nih, kalo kamu lagi berkeringat alias badanmu lagi bau banget terus deket-deket sama biji kopi, yang bakal terjadi adalah biji kopi itu berubah jadi bau badanmu (hueeh` haha simpulin sendiri yah, intinya gitu dah). Lalu pelan-pelan bapak pengusaha kopi luwak mengupas bagian kulit tanduk kopi kami. “Lihat nih warnanya, bedakan dengan kopi luwak asli”, woow beliau bawa kopi yang bener-bener masih bentuk feses luwak lalu dikupas kulit tanduknya dan hasilnya MULUS dan baunya tidak semenyengat kopi kami. “Warnanya sudah gelap, biasanya kami gak mau ngicip kopi yang kondisinya cacat seperti itu”, sambung bapak panelis ahli. Beliau-beliau terus berbicara panjang lebar tinggi hingga memenuhi suatu ruangan volume Tupperware didepanku. Aku mulai kehilangan konsentrasi. Lalu kuseruput kopi panas yang disajikan gratis. Rasanya lebih enak dari yang kemaren sih meski masih kayak minum jamu.





Lalu aku tersadar dari lamunan. APA YANG SALAH??
Kemudian berbagai spekulasi bermunculan di otakku. Tuing, tuing, tuing… :p ***
Berharap menemukan pemecahan masalahnya, atau paling tidak aku jadi tau alasan kenapa kopi yang kami hasilkan masih kurang sesuai dengan harapan. Setidaknya buat pembahasan di skripsi. Okeh aku cuma mikir skripsi dulu dah yang penting lulusss, hasilnya gimanapun. 7 bulan penelitian yang mempertaruhkan jiwa dan raga cukup membuatku under-pressure be ge te!!.

Lalu aku berpikir fermentasinya pake kulit kopi yang memungkinkan proses pembusukan lebih cepat. Itulah kenapa aroma asetat yang lebih dominan keluar. Lalu mikir lagi, padahal sebelum pengeringan warna biji kopi masih putih mulus. Pengeringan yang kami gunakan harusnya pakai sinar matahari saja sampai kadar airnya 10-14%. Hedeeehhh malah kita ngeringin di blower yang panasnya mencapai 50oC selama hampir 3 hari. Itu yang merusak struktur biji kopi.

Intinya aku jadi banyak tau tentang kopi. Bersyukur banget deh bisa nongkrong di warkop keren ini. Beliau-beliau punya cita-cita besar buat ngembangin KOPI ASLI Indonesia yang di luar negeri termasuk barang yang istimewa (specialty) n juga mahal.

Pesan terakhir yang kuinget kayak gini nih:
Banyak orang berpikir (aku juga termasuk sih), bahwa kopi yang kita kenal adalah kopi instant yang gampang ngebuatnya atau bahkan tinggal minum. Praktis dan berkhasiat deh. Padahal!!, kita gak tau tuh proses fermentasinya, pengeringannya, penyangraiannya, penggilingannya bener ato kagak. Mereka (para produsen kopi), nge-roasting kopinya sampai menghilangkan citarasa kopi sebenarnya. Proses pengolahannya dijamin gak banget deh. Cara nutupin kecacatan kopi-kopi yang selama ini kita dewa-dewain itu ya dengan menambahkan creamer, gula, perasa, flavor. Tuh perhatiin deh pas kamu minum kopi instant apa yang terjadi pas kamu buang air kecil??. Berasa pengen minum air kencing kita gak??? *Eh maksudku ngerasa air kencing kita bau kopi kan yak? Nah itu gak bakalan terjadi kalo kita minum kopi yang bener. Bau kopi pada kencing itu tandanya zat-zat (dalam hal ini flavor) yang ditambahin di kopi-kopi instant gak bisa terurai sama tubuh kita yang akhirnya kebuang deh. Hehehe…

Ya, ya, ya… Jangan sampai kita tertipu dengan hantaman iklan yang mempromosikan kopi abal-abal. Harusnya kita mulai belajar lagi menikmati kopi asli Indonesia yang udah terkenal seantero galaksi bima sakti ini hehe. Gitu deh cerita hari ini…

Terimakasih sudah mampir ^^

Source : Tulisan pribadi di kompasiana
~>http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/10/05/filosofi-kopi-596047.html